A. Riwayat Ibnu Taimiyah
Nama
lengkapnya adalah Taqiy ad-Din Ahmad bin ‘Abd Hakim bin Taimiyah. Beliau lahir
pada hari senin tanggal 10 Rabi’ul Awal 661 H/ 22 Januari 1263 M. di kota
Harran wilayah syiria.
Ketika Ibnu Taimiyyah
berusia 7 tahun dia sudah hafal al-Qur'an dengan amat baik dan lancar. Selain
itu, penguasannya yang prima terhadap berbagai ilmu yang diperlukan untuk
memahami al-Qur'an menyebabkan ia tampil sebagi ahli tafsir, di samping juga
ahli hadith. Pada usia 17 tahun kegiatan ilmiahnya sudah mulai memberikan
fatwa-fatwa dan mengarang. Dalam umur 21 tahun dia ditinggal pergi oleh
ayahnya. Dia begitu sedih. Namun kesedihannya dia palingkan pada suatu
pekerjaan yang besar, yaitu menafsirkan al-Qur'an.
Beliau wafat di damaskus malam senin, 20 Dzulqa’idah
728 H/26 September 1328 M.
B. Konsep
Pendidikan Ibnu Taimiyah
1.
Falsafah
Pendidikan
Dasar atau asas yang digunakan sebagai
acuan falsafah pendidikan oleh Ibn Taimiyah adalah ilmu yang bermanfaat sebagai
asas bagi kehidupan yang cerdas dan unggul. Sementara mempergunakan ilmu itu
akan dapat menjamin kelangsungan dan kelestarian masyarakat. Tanpa ilmu
masyarakat akan terjerumus kedalam kehidupan yang sesat.
2.
Tujuan
Pendidikan
Menurutnya tujuan pendidikan dapat
dibagi kepada tiga bagian sebagai berikut.
a.
Tujuan
Individual
Pada bagian ini tujuan pendidikan
diarahkan pada terbentuknya pribadi muslim yang baik, yaitu seseorang yang
berfikir, merasa dan bekerja pada berbagai lapangan kehidupan pada setiap waktu
sejalan dengan apa yang diperintah Al-Quran dan As-sunnah.
b.
Tujuan
Sosial
Pada bagian ini Ibn Taimiyah mengataka
bahwa pendidikan juga harus diarahkan pada terciptanya masyarakat yang baik
yang sejalan dengan ketentuan Al-Quran dan As-sunah.
c.
Tujuan
Da’wah Islamiyah
Tujuan ketiga yang harus dicapai oeh pendidikan menurutnya adalah
mengarahkan umat agar siap dan mampu memikul tugas dakwah islamiyah keseluruh
dunia.
3.
Kurikulum
Ibn Taimiyah menjelaskan kurikulum
dalam arti materi pelajaran dalam hubungannya dengan tujuan yang ingin
dicapainya, yang secara ringkas dapat dikemukakan melalui 4 tahap :
Pertama, kurikulum yang berhubungan dengan mengesakan Tuhan ,
Kedua, kurikulum
yang berhubungan dengan mengetahui secara mendalam terhadap ilmu-ilmu Allah,
Ketiga, kurikulum yang berhubungan dengan
upaya yang mendorong manusia mengetahui secara mendalam terhadap kekuasaan
Allah
Keempat, kurikulum
yang berhubungan dengan upaya yang mendorong untuk mengetahui
perbuatan-perbuatan Allah
Ruang
Lingkup Kurikulum
Berdasarkan pembagian ilmu tersebut, Ibn
Taimiyah membagi ruang lingkup kurikulum ke dalam tiga bagian sebagai berikut:
1.
Ilmu agama,
ilmu ini oleh Ibn Taimiyah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Ilmu Ijbariyah (ipada
lmu yang dipaksakan) dan ilmu ikhtiyariyah (ilmu yang diusahakan).
2.
Ilmu
Aqliyah. Ilmu ini mencakup ilmu matematika, kedokteran, biologi, fisika, sosial
dan lain sebagainya.
3.
Ilmu
askariyah. Ilmu ini diajukan Ibn Taimiyah dalam rangka menjawab kebutuhan zaman
dan memenuhi para peneliti yang menghendaki agar pendidikan tetap sejalan
dengan perkembangan masyarakat.
4. Bahasa
Pengantar dalam Pengajaran
Ibn Taimiyah menganjurkan agar
mewajibkan penggunaan bahasa arab dalam pengajaran dan percakapan. Hal ini
didasarkan pada pandangannya bahwa penguasaan secara mendalam dan teliti
terhadap bahasa arab merupakan tuntutan islam dan sesuatu yang fardhu ain
hukumnya dikalangan ulama salaf.
5. Metode
Pengajaran
Menurut Ibn
Taimiyah pada garis besarnya metode pengajaran dapat dibagi kepada dua bagian,
yaitu:
1).
At- Thariqah al-‘Ilmiyah (Metode Ilmiyah)
Metode ilmiyah ini didasarkan pada
tiga hal, yaitu
Ø benarrnya
alat untuk mencapai ilmu,s
Ø penguasaan
secara menyeluruh terhadap seluruh proses belajar, dan
Ø mensejajarkan
antara amal dan pengetahuan.
2). At-Thariqah al-Iradah
Tujuan utama metode ini adalah
mendidik kemauan seorang pelajar sehingga ia tidak tergerak hatinya untuk
melakukan sesuatu perbuatan kecuali yang diperintahkan Allah swt.
6. Etika Guru
dan Murid
1). Etika Guru terhadap Murid
Menurut Ibn Taimiyah, bahwa seorang alim
hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
ü Seorang alim
merupakan khulafa, yaitu orang-orang yang menggantikan misi perjuangan para
nabi dalam bidang pengajaran.
ü Seorang alim
hendaknya dapat menjadi panutan bagi murid-muridnya dalam hal kejujuran,
berpegang teguh pada akhlak yang mulia dan menegakkan syari’at islam.
ü Seorang alim
hendaknya menyebarkan ilmunya tanpa main-main atau sembrono.
ü Seorang alim
hendaknya membiasakan menghafal dan menambah ilmunya serta tidak melupakannya.
2). Etika Murid terhadap Guru
ü Seorang
murid hendaknya memiliki niat yang baik dalam menuntut ilmu, yaitu mengharapkan
keridhoan Allah.
ü Seorang
murid hendaknya mengetahui tentang cara-cara memuliakan gurunya serta berterima
kasih kepadanya,
ü Seorang
pelajar hendaknya mau menerima setiap ilmu, sepanjang ia mengetahui sumbernya.
ü Seorang
pelajar hendaknya tidak menolak atau menyalahkan mazhab yang lain, atau
memandang mazhab orang lain sebagai mazhab orang-orang yang bodoh dan sesat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar