Minggu, 17 Januari 2016



PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM IBNU TAIMIYAH

A.    Riwayat Ibnu Taimiyah
      Nama lengkapnya adalah Taqiy ad-Din Ahmad bin ‘Abd Hakim bin Taimiyah. Beliau lahir pada hari senin tanggal 10 Rabi’ul Awal 661 H/ 22 Januari 1263 M. di kota Harran wilayah syiria.
Ketika Ibnu Taimiyyah berusia 7 tahun dia sudah hafal al-Qur'an dengan amat baik dan lancar. Selain itu, penguasannya yang prima terhadap berbagai ilmu yang diperlukan untuk memahami al-Qur'an menyebabkan ia tampil sebagi ahli tafsir, di samping juga ahli hadith. Pada usia 17 tahun kegiatan ilmiahnya sudah mulai memberikan fatwa-fatwa dan mengarang. Dalam umur 21 tahun dia ditinggal pergi oleh ayahnya. Dia begitu sedih. Namun kesedihannya dia palingkan pada suatu pekerjaan yang besar, yaitu menafsirkan al-Qur'an.
Beliau wafat di damaskus malam senin, 20 Dzulqa’idah 728 H/26 September 1328 M.

B.     Konsep Pendidikan Ibnu Taimiyah
1.      Falsafah Pendidikan
       Dasar atau asas yang digunakan sebagai acuan falsafah pendidikan oleh Ibn Taimiyah adalah ilmu yang bermanfaat sebagai asas bagi kehidupan yang cerdas dan unggul. Sementara mempergunakan ilmu itu akan dapat menjamin kelangsungan dan kelestarian masyarakat. Tanpa ilmu masyarakat akan terjerumus kedalam kehidupan yang sesat.

2.      Tujuan Pendidikan
       Menurutnya tujuan pendidikan dapat dibagi kepada tiga bagian sebagai berikut.
a.       Tujuan Individual
       Pada bagian ini tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya pribadi muslim yang baik, yaitu seseorang yang berfikir, merasa dan bekerja pada berbagai lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang diperintah Al-Quran dan As-sunnah.
b.      Tujuan Sosial
       Pada bagian ini Ibn Taimiyah mengataka bahwa pendidikan juga harus diarahkan pada terciptanya masyarakat yang baik yang sejalan dengan ketentuan Al-Quran dan As-sunah.
c.       Tujuan Da’wah Islamiyah
      Tujuan ketiga yang harus dicapai oeh pendidikan menurutnya adalah mengarahkan umat agar siap dan mampu memikul tugas dakwah islamiyah keseluruh dunia.
3.      Kurikulum
Ibn Taimiyah menjelaskan kurikulum dalam arti materi pelajaran dalam hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapainya, yang secara ringkas dapat dikemukakan melalui 4 tahap :
      Pertama, kurikulum yang berhubungan dengan mengesakan Tuhan ,
Kedua, kurikulum yang berhubungan dengan mengetahui secara mendalam terhadap ilmu-ilmu Allah,
     Ketiga, kurikulum yang berhubungan dengan upaya yang mendorong manusia mengetahui secara mendalam terhadap kekuasaan Allah
     Keempat, kurikulum yang berhubungan dengan upaya yang mendorong untuk mengetahui perbuatan-perbuatan Allah

Ruang Lingkup Kurikulum
       Berdasarkan pembagian ilmu tersebut, Ibn Taimiyah membagi ruang lingkup kurikulum ke dalam tiga bagian sebagai berikut:
1.      Ilmu agama, ilmu ini oleh Ibn Taimiyah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Ilmu Ijbariyah (ipada lmu yang dipaksakan) dan ilmu ikhtiyariyah (ilmu yang diusahakan).
2.      Ilmu Aqliyah. Ilmu ini mencakup ilmu matematika, kedokteran, biologi, fisika, sosial dan lain sebagainya.
3.      Ilmu askariyah. Ilmu ini diajukan Ibn Taimiyah dalam rangka menjawab kebutuhan zaman dan memenuhi para peneliti yang menghendaki agar pendidikan tetap sejalan dengan perkembangan masyarakat.

4.    Bahasa Pengantar dalam Pengajaran
            Ibn Taimiyah menganjurkan agar mewajibkan penggunaan bahasa arab dalam pengajaran dan percakapan. Hal ini didasarkan pada pandangannya bahwa penguasaan secara mendalam dan teliti terhadap bahasa arab merupakan tuntutan islam dan sesuatu yang fardhu ain hukumnya dikalangan ulama salaf.
5.    Metode Pengajaran
Menurut Ibn Taimiyah pada garis besarnya metode pengajaran dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu:
1).  At- Thariqah al-‘Ilmiyah (Metode Ilmiyah)
Metode ilmiyah ini didasarkan pada tiga hal, yaitu
Ø  benarrnya alat untuk mencapai ilmu,s
Ø  penguasaan secara menyeluruh terhadap seluruh proses belajar, dan
Ø  mensejajarkan antara amal dan pengetahuan.

2). At-Thariqah al-Iradah
Tujuan utama metode ini adalah mendidik kemauan seorang pelajar sehingga ia tidak tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu perbuatan kecuali yang diperintahkan Allah swt.

6.    Etika Guru dan Murid
                1). Etika Guru terhadap Murid
                     Menurut Ibn Taimiyah, bahwa seorang alim hendaknya memiliki   ciri-ciri sebagai berikut :
ü  Seorang alim merupakan khulafa, yaitu orang-orang yang menggantikan misi perjuangan para nabi dalam bidang pengajaran.
ü  Seorang alim hendaknya dapat menjadi panutan bagi murid-muridnya dalam hal kejujuran, berpegang teguh pada akhlak yang mulia dan menegakkan syari’at islam.
ü  Seorang alim hendaknya menyebarkan ilmunya tanpa main-main atau sembrono.
ü  Seorang alim hendaknya membiasakan menghafal dan menambah ilmunya serta tidak melupakannya.
2). Etika Murid terhadap Guru
ü Seorang murid hendaknya memiliki niat yang baik dalam menuntut ilmu, yaitu mengharapkan keridhoan Allah.
ü Seorang murid hendaknya mengetahui tentang cara-cara memuliakan gurunya serta berterima kasih kepadanya,
ü Seorang pelajar hendaknya mau menerima setiap ilmu, sepanjang ia mengetahui sumbernya.
ü Seorang pelajar hendaknya tidak menolak atau menyalahkan mazhab yang lain, atau memandang mazhab orang lain sebagai mazhab orang-orang yang bodoh dan sesat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar