Sabtu, 23 Januari 2016



PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Allah telah menciptakan manusia dengan banyak hidayah dan anugerah, beberapa di antaranya yang menjadi pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya adalah akal. dimana hanya manusialah yang memiliki hal tersebut, berbeda dengan hewan yang hanya memiliki nafsu saja. Hidayah berupa akal  tersebut sudah dimiliki manusia sejak lahir dan merupakan anugerah yang di berikan oleh Allah kepada manusia.
Al-Quran memberikan dorongan bagi manusia untuk menggunakan akalnya dalam bertindak karena akal merupakan barometer keberadaan manusia. Jika manusia tidak menggunakan akalnya maka hilanglah sifat kemanusiaannya namun penggunaan secara berlebih juga akan dapat menyesatkan manusia dalam dosa. Oleh sebab itu al-Quran memberikan manusia tuntunan tentang cara penggunaan akal.











PEMBAHASAN

A.    Pengertian Akal
Akal berasal dari bahasa Arab 'aql yang secara bahasa berarti pengikatan dan pemahaman terhadap sesuatu. Pengertian lain dari akal adalah daya pikir (untuk memahami sesuatu), kemampuan melihat cara memahami lingkungan, atau merupakan kata lain dari pikiran dan ingatan. Kata al-‘Aqlu sebagai mashdar (akar kata) juga memiliki arti nurun ruhaniyyun bihi tudriku al-nafsu ma la tudrikuhu bi al- hawas, yaitu cahaya ruhani yang dengannya seseorang dapat mencapai mengetahui sesuatu yang tidak dapat di capai oleh indra. Al-‘aql juga di artikan sebagai Al-‘qalb, hati nurani atau hati sanubari. Menurut tinjauan Al Qur’an akal adalah Hujjah atau dengan kata lain merupakan anugerah Allah SWT. Akal juga merupakan alat yang dapat menyampaikan kebenaran dan sekaligus sebagai pembukti dan pembeda antara yang haq dan yang bathil, serta apa yang ditemukannya dapat dipastikan kebenarannya.

B.     Ayat-Ayat Yang Berhubungan Dengan Perintah Menggunakan Akal

1.    Q.S. Adz Zariyat: 21
تبصرون أفلا أنفسكم وفي

dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
Jika manusia memperhatikan dirinya sendiri dengan baik dan sadar seperti susunan urat syaraf, pembuluh darah, paru-paru, hati, jiwa dan sebagainya, kemudian dengan susunan yang rapi itu manusia dapat berjalan, berbicara, berpikir dan sebagainya, tentulah mereka sampai kepada kesimpulan bahwa yang menciptakan manusia itu adalah Tuhan yang berhak di sembah, Yang Maha Kuasa dan Maha Tinggi Pengetahuannya. 
Qatadah mengatakan bahwa barang siapa memikirkan penciptaan dirinya, niscaya ia akan mengetahui bahwa sesungguhnya dirinya dan sendi-sendi tulang-tulangnya diciptakan hanyalah untuk beribadah.
2.    Q.S. Al-Israa: 36
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا عِلْمٌ بِهِ لَكَ لَيْسَ مَا تَقْفُ وَلا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al Isra:36)
Maksudnya, jangan mengikuti apa yang tidak kamu ketahui dan tidak penting bagimu. Jika kita memiliki pengetahuan, maka manusia boleh menetapkan suatu hukum berdasarkan pengetahuannya itu. Dan masing-masing dari semua itu ditanya tentang apa yang dilakukannya. Hati ditanya tentang apa yang dia pikirkan dan dia yakini. Pendengaran dan penglihatan ditanya tentang apa yang dia lihat, dan pendengaran ditanya tentang apa yang ia dengar. Semua anggota tubuh akan diminta pertanggungjawaban di hari kiamat.
3.    Q.S.Ar Ruum: 8 
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ (8) 
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya.(QS. 30:8)
Ayat ini ditujukan kepada orang musyrik Mekah, orang-orang kafir dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Jika dilihat dari sikap mereka terhadap seruan Nabi saw, kelihatan seakan-akan mereka tidak mau menggunakan akal pikiran mereka, untuk memikirkan segala sesuatu yang mereka lihat, agar mereka percaya kepada yang disampaikan terhadap mereka.
Ayat ini menyuruh agar kita memperhatikan diri sendiri. Kita  dijadikan dari tanah, kemudian menjadi setetes mani, kemudian menjadi seorang laki-laki atau seorang perempuan. Kemudian kita mengadakan perkawinan dan berkembang biak, seakan-akan Allah SWT mengatakan kepada kita: "Cobalah perhatikan dirimu yang paling dekat dengan kamu, sebelum membayangkan pandanganmu kepada yang lain.

4.    Q.S. al-Mulk:10
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Dan mereka berkata:` Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala (QS. 67:10)
Dalam ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang kafir yang sedang dari seruan Rasul itu, demikian pula seandainya kami menggunakan telinga kami untuk mendengar ayat-ayat Allah yang telah diturunkan-Nya dan disampaikan kepada kami oleh Rasul yang telab diutus Nya, tentulah kami tidak akan menyangkal dan mengingkari kebenaran yang disampaikan itu. Tidak akan terpedaya oleh kesenangan dan pengaruh dunia yang fana ini, tidak akan terpedaya oleh tipu daya setan dan tidak akan dimasukkan ke dalam neraka yang menyala ini yang azabnya tidak tertanggungkan sedikitpun diazab di dalam neraka itu menyesali sikap dan tindakan mereka selama hidup di dunia dengan mengatakan, “Sekiranya kami mau menggunakan akal dan pikiran kami yang telah dianugerahkan Allah kepada kami, untuk menilai dan mengambil manfaat oleh kami”.



PENUTUP
A.    Kesimpulan
Akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat luas. Dengan menggunakan akal manusia akan mengenal siapa tuhan pencipta dirinya dan untuk apa dia diciptakan. Dengan menggunakan akal pula, manusia mampu memahami kandungan Al-Qura’an yang diturunkan sebagai wahyu oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan akal pula, manusia mampu menelaah sejarah Islam dari masa ke masa dari masa lampau.
Allah mencela orang yang tidak mau berfikir dan menggunakan akalnya dalam kehidupannya.
Akal mempunyai peranan penting sebagai petunjuk hidup manusia, bukan saja sebatas ritual keagamaan semata, akan tetapi fungsi akal dapat digunakan lebih jauh dari sekedar itu.
.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar