Jumat, 03 Agustus 2018

SKRIPSI: KREATIVITAS GURU MATA PELAJARAN FIKIH DALAM PEMBELAJARAN DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 4 KAMPAR KECAMATAN KAMPA KABUPATEN KAMPAR




BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pembinaan dan bimbingan yang dilakukan seseorang secara terus menerus kepada anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses pendidikan merupakan perjalanan yang tak pernah terhenti sepanjang hidup manusia dan merupakan hal yang sangat signifikan dalam kehidupan manusia.[1]
Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu cara merealisasikan tujuan pendidikan nasional di atas adalah melalui proses pembelajaran. Sebab di sanalah semua siswa akan berinteraktif dan akan memperoleh berbagai ilmu. Tidak hanya pengetahuan umum saja tetapi juga pengetahuan agama. Pengetahuan agama memang sangat penting untuk membentuk siswa menjadi manusia yang berakhlak dan bermoral baik, terutama pada zaman seperti ini.
Oleh karena itu peranan pendidikan agama yang diajarkan di sekolah-sekolah sangatlah penting untuk membentuk anak menjadi pribadi yang bermoral. Pendidikan agama yang meliputi Aqidah Akhlaq, Fiqih, Bahasa Arab, dan Qur’an Hadits dijadikan landasan pengembangan spiritual. Bila diajarkan dengan baik, maka juga akan tercipta generasi yang berpendidikan agama yang baik.[2] Pembelajaran Fikih merupakan bagian dari pendidikan agama, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Tetapi pembelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk mempraktekkan ibadah, agar dapat dilakukan dengan benar dan sesuai aturan serta ketentuan agama, juga dapat mendidik siswa untuk menjadi manusia yang lebih dekat dengan Allah SWT.
Keberadaan guru dalam hal ini sangatlah mempunyai pengaruh. Sebab guru sebagi pendidik dalam proses pembelajaran merupakan komponen manusiawi yang ikut berperan serta dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial, oleh karena itu guru merupakan salah satu unsur dalam bidang kependidikan.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang professional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.[3]
Profesi guru sebagai bidang pekerjaan khusus dituntut memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, nilai keunggulan yang harus dimiliki guru adalah kreativitas.[4] Kreativitas guru dalam melaksanakan profesinya memberikan pengaruh  nyata terhadap efektivitas pembelajaran dan pelayanan pendidikan. Seorang guru yang kreatif, mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang sehat dan mendidik.[5]
Kreatifitas dapat dipandang sebagai sebuah bentuk intelejensi. Gardner dalam Florence, memandang kreatifitas sebagai salah satu dari ‘multipel intelejensi yang meliputi berbagai macam fungsi otak. Kreatifitas merupakan sebuah komponen penting dan memang perlu. Tanpa kreatifitas pelajar hanya akan bekerja pada sebuah tingkat kognitif yang sempit. Aspek kreatif otak dapat membantu menjelaskan dan menginterpretasikan konsep-konsep yang abstrak, sehingga memungkinkan anak untuk mencapai penguasaan yang lebih besar.[6]
Dalam menjalani tahap-tahap proses pembelajaran di sekolah, ternyata ada proses pembelajaran yang bisa dikatakan berhasil, dan ada pula yang gagal. Dikatakan berhasil apabila pembelajaran berlangsung dengan kreatif, sehingga menumbuhkan minat dan motivasi yang lebih besar pada diri siswa agar lebih giat belajar. Sebaliknya, dinilai gagal jika pembelajaran yang dilakukan membuat siswa justru tidak bersemangat belajar atau mengetahui sesuatu dari yang dipelajari. Maka dari itu, dalam proses pembelajaran, seorang guru atau pendidik haruslah kreatif dalam menyampaikan pembelajaran. Sebagai seorang guru, tentunya sudah menjadi kewajiban dan tugas anda untuk menciptakan sistem pembelajaran yang kreatif. Sebab, kreativitas dalam pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.[7]
Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam pembelajaran disekolah, karena di masa mendatang guru tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling pintar di tengah-tengah siswanya. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru di masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga guru dituntut untuk senantiasa melakukan peningkatan  dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. “Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan tertinggal secara professional”.[8]
Iskandar Agung dalam Momon Sudarma menegaskan bahwa guru merupakan ujung tombak berlangsungnya proses pembelajaran, sehingga memiliki peran dan fungsi yang penting bahkan mendominasi proses transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai pendidikan lainnya kepada peserta didik. Dengan kata lain, kreativitas guru tersebut, akan menjadi taruhan profesinya dalam mendukung upaya peningkatan layanan pendidikan, dan meningkatkan kualitas lulusan pendidikan.[9]
Ada hukum sosial yang perlu diwaspadai. Lingkungan kreatif mampu mendorong siswa kreatif. Guru kreatif dapat merangsang peserta didiknya kreatif. Ketidak kreatifan peserta didik, bukan kesalahan murni anak didik, tetapi dia tidak pernah mendapatkan lingkungan belajar yang merangsang kreativitasnya. Dengan demikian, kita membutuhkan suasana belajar yang kreatif, yang diawali dari guru yang kreatif.[10]
Sekolah sebagai lembaga organisasi, merupakan suatu sistem terbuka, sekolah tidak mengisolasi diri dari lingkungannya, karena mempunyai hubungan-hubungan (relasi) dengan lingkungan internal maupun eksternal sekolah dan bekerja sama. Sekolah sebagai suatu sistem yang di organisasikan untuk mempermudah pencapaian tujuan belajar yang berkualitas dalam melayani peserta didik secara efektif dan efesien. “Tugas utama sekolah adalah menjalankan proses belajar mengajar, evaluasi kemajuan hasil belajar peserta didik, dan meluluskan peserta didik yang berkualitas memenuhi standar yang dipersyaratkan”.[11]
Fakta membuktikan bahwa selama ini proses pembelajaran yang terjadi di sekolah cenderung konvensional. Maksudnya proses pembelajaran berjalan dengan sistem yang sudah usang dan ketinggalan zaman, misalnya guru menyampaikan materi dengan cara berceramah. Nah, cara semacam ini, diakui atau tidak, merupakan cara yang tidak kreatif dan monoton, sehingga dapat membuat siswa tidak kreatif dan bosan terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Ironisnya, sampai saat ini, masih banyak guru atau tenaga pendidik yang menerapkan cara ceramah semacam ini.[12]
Sebagaimana hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:
1.      Masih ada guru yang tidak menjelaskan tujuan pembelajaran ketika memulai proses pembelajaran.
2.      Masih ada guru yang  menyampaikan materi pelajaran bersifat monoton.
3.      Masih ada guru yang tidak terampil mendayagunakan media pembelajaran.
4.      Masih ada guru yang tidak memberikan evaluasi diakhir pembelajaran.
Berdasarkan gejala-gejala  tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian  dengan judul Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar”.
B.     Penegasan Istilah
Sesuai dengan judul penelitian, Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yaitu:
1.      Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru dan mengandung nilai, baik terkait dengan produk, solusi, seni kerja ataupun yang lainnya.[13] Kreativitas keguruan yaitu upaya maksimal dari tenaga pendidik untuk menemukan cara dan/atau strategi pembelajaran yang baru, yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan pelayanan pendidikan di setiap satuan pendidikan.[14]
2.      Guru Mata Pelajaran Fikih
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.[15] Sedangkan Mata pelajaran Fikih adalah suatu bidang ilmu untuk mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat ‘amaliah yang dikaji dari dalil-dalil yang terperinci.[16]
Jadi yang dimaksud dengan guru mata pelajaran Fikih adalah pendidik yang bertanggung jawab atas pendidikan dan pengajaran mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar.
3.      Pembelajaran
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[17] 
C.    Permasalahan
1.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan gejala yang penulis paparkan, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
a.       Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar ?
b.      Bagaimana Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar ?
c.       Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar ?
d.      Apa upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kreativitas pada mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar ?
2.      Batasan Masalah
Mengingat terbatasnya kemampuan penulis baik dari segi dana, waktu dan tenaga serta banyaknya masalah, maka penelitian ini hanya difokuskan pada Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar.
3.      Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka Penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a.       Bagaimana Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar ?
b.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar?
D.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui:
a.       Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar.
b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar.
2.      Kegunaan Penelitian
a.       Secara Ilmiah
1)      Memberikan penjelasan tentang kreativitas guru Mata Pelajaran Fikih dalam Pembelajaran
2)      Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian lain yang melakukan kajian dalam masalah penelitian lanjutan.
b.      Secara Praktis
1)      Memberikan masukan kepada pimpinan lembaga sekolah mengenai kreativitas guru mata pelajaran Fikih dalam pembelajaran
2)      Memberikan kontribusi bagi praktisi pendidikan dan masyarakat yang terkait dalam upaya mengelola pembelajaran di sekolah
3)      Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi guru-guru mengenai arti pentingnya kreativitas guru dalam pembelajaran

BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Konsep Teori
1.      Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran
a.      Pengertian Kreativitas
Kreativitas berasal dari kata “to creat” artinya membuat. Dengan kata lain, kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu, apakah itu dalam bentuk ide, langkah atau produk.[18]
Pada saat akan membuat (to creat) sesuatu, ada beberapa aspek penting yang menyertainya. Pertama, dia mampu menemukan ide untuk membuat sesuatu. Kedua, dia mampu menemukan bahan yang digunakan dalam membuat produk tersebut. Ketiga, dia mampu melaksanakannya, dan terakhir mampu menghasilkan sesuatu.[19]
Kemudian pada Kamus Bahasa Indonesia, kata kreatif dinyatakan mengandung makna (1) mempunyai kemampuan mencipta (2) mengandung daya cipta. Sementara istilah kreativitas mengandung arti (1) kemampuan untuk mencipta (2) perihal kreasi.[20]
Kreativitas merujuk pada kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru dan mengandung nilai, baik terkait dengan produk, solusi, seni kerja ataupun yang lainnya.[21]
Sedangkan menurut Elizabeth Hurlock dalam Nawawi sebagaimana dikutip Momon Sudarma kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru.[22] Kreativitas adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar.[23]
Pada hakikatnya, pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Ini sesuai dengan perumusan kreativitas secara tradisional. Secara tradisional kreativitas dibatasi sebagai mewujudkan sesuatu yang baru dalam kenyataan. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa perbuatan, tingkah laku, suatu bangunan misalnya sebuah gedung, hasil-hasil kesusasteraan, dan lain-lain.[24] Menurut Jhon Jung dalam Barnawi kreativitas mengandung tiga unsur, yaitu keahlian, baru dan bernilai.[25]
Menurut Moreno dalam Slameto, yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya.[26]
Dari paparan dimaksud, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kreativitas keguruan disini, yaitu upaya maksimal dari tenaga pendidik untuk menemukan cara dan/atau strategi pembelajaran yang baru, yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan pelayanan pendidikan  disetiap satuan pendidikan.[27]
Ada lima proses kreatif yang diungkapkan oleh De Porter dan Mike Hernacki dalam Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, yaitu:
1)      Persiapan, mendefinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.
2)      Inkubasi, mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran.
3)      Iluminasi, mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan.
4)      Verifikasi, memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah.
5)      Aplikasi, mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut.[28]
b.      Karakteristik Kreativitas
Untuk disebut sebagai seorang yang kreatif, maka perlu diketahui tentang ciri-ciri atau karakteristik orang yang kreatif. Berikut ini dikemukakan beberapa pendapat ahli tentang ciri-ciri orang yang kreatif. Adapun ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut:
1)      Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam
2)      Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3)      Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
4)      Bebas dalam menyatakan pendapat
5)      Mempunyai rasa keindahan yang dalam
6)      Menonjol dalam salah satu bidang seni
7)      Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang
8)      Mempunyai rasa humor yang luas
9)      Mempunyai daya imajinasi
10)  Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.[29]
Sund dalam Slameto menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Hasrat keingintahuan yang cukup besar
2)      Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru
3)      Panjang akal
4)      Keinginan untuk menemukan dan meneliti
5)      Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit
6)      Cenderung lebih mencari jawaban yang luas dan memuaskan
7)      Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
8)      Berfikir fleksibel
9)      Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberikan jawaban lebih banyak
10)  Kemampuan membuat analisis dan sintesis
11)  Memiliki semangat bertanya serta meneliti
12)  Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
13)  Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.[30]
Menurut Carl Rogers sebagaimana yang dikutip Utami Munandar mengemukakan tiga kondisi pribadi yang kreatif ialah:
1)      Keterbukaan terhadap pengalaman,
2)      Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation) dan
3)      Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.[31]
Piers Adam dalam Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, mengemukakan bahwa krakteristik kreativitas adalah sebagai berikut:
1)      Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
2)      Memiliki keterlibatan yang tinggi
3)      Memiliki rasa ingin tahu yang besar
4)      Memiliki ketekunan yang tinggi
5)      Cenderung tidak puas terhadap kemapanan
6)      Penuh percaya diri
7)      Memiliki kemandirian yang tinggi
8)      Bebas dalam mengambil keputusan
9)      Menerima diri sendiri
10)  Senang humor
11)  Memiliki intuisi yang tinggi
12)  Cenderung tertarik pada hal-hal yang kompleks
13)  Toleran terhadap ambiguitas
14)  Bersifat sensitif.[32]
Adapun Clark mengemukakan karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut:
1)      Memiliki disiplin diri yang tinggi
2)      Memiliki kemandirian yang tinggi
3)      Cenderung sering menentang otoritas
4)      Memiliki rasa humor
5)      Mampu menentang tekanan kelompok
6)      Lebih mampu menyesuaikan diri
7)      Senang berpetualang
8)      Toleran terhadap ambiguitas
9)      Kurang toleran terhadap hal-hal yang membosankan
10)  Menyukai hal-hal yang kompleks
11)  Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi
12)  Memilik memori dan atensi yang baik
13)  Memiliki wawasan yang luas
14)  Mampu berpikir periodik
15)  Memerlukan situasi yang mendukung
16)  Sensitif terhadap lingkungan
17)  Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
18)  Memiliki nilai astetik yang tinggi
19)  Lebih bebas dalam mengembangkan  integrasi peran seks.[33]
Sedangkan Torrance mengemukakan karakteristik kreativitas sebagai berikut:
1)      Memiliki rasa ingin tahu yang besar
2)      Tekun dan tidak mudah bosan
3)      Percaya diri dan mandiri
4)      Merasa tertentang oleh kemajemukan atau kompleksitas
5)      Berani mengambil risiko
6)      Berpikir divergen[34]
Hamzah B. Uno, Nurdin Mohamad menjelaskan tentang kreativitas yaitu:
1)      Kreatif sering digambarkan dengan kemampuan berpikir kritis dan banyak ide, serta banyak ide dan gagasan.
2)      Orang kreatif melihat hal yang sama, tetapi melalui cara berpikir yang berbeda.
3)      Kemampuan menggabungkan sesuatu yang belum pernah tergabung sebelumnya.
4)      Kemampuan untuk menemukan atau mendapatkan ide dan pemecahan baru.[35]
Daryanto, mengemukakan ciri kratif sebagai berikut:
1)      Mampu menghasilkan ide banyak dalam waktu singkat.
2)      Mampu menghubungkan, menggabungkan hal yang berbeda.
3)      Mampu mengembangkan hal yang sederhana.
4)      Mampu bekerja secara detail dan kompleks.
5)      Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
6)      Berani mengambil risiko.
7)      Cepat tanggap dan mandiri.
8)      Suka mencari ide-ide yang unik.[36]
Seseorang yang kreatif adalah yang memiliki kemampuan kapasitas pemahaman, sensitivitas dan apresiasi, dapat dikatakan melebihi dari seseorang yang tergolong intelegen. Aspek khusus berpikir kreatif adalah berpikir devergen (devergen thinking),  yang memiliki ciri-ciri: fleksibilitas, originalitas, dan fluency (keluwesan, keaslian dan kuantitas output).[37]
Karakter dari ide, atau produk kreatif itu adalah mampu memberikan kepuasan pada pengguna. Setiap pengguna, merasakan dirinya dihargai, dan diajak untuk menemukan maknanya sendiri. Tanpa merasa dipaksa, atau terpaksa untuk menerima makna atau pesan dari si pengirim pesan dimaksud.[38]
c.       Bentuk-bentuk Kreativitas
1)      Kreativitas lahir dalam bentuk kombinasi. Orang kreatif adalah mengombinasikan bahan-bahan dasar yang sudah ada, baik itu ide, gagasan atau produk, sehingga kemudian melahirkan hal yang baru  (novelty).
2)      Kreativitas lahir dalam bentuk eksplorasi. Bentuk ini, berupaya melahirkan sesuatu yang baru, dari sesuatu yang belum tampak sebelumnya.
3)      Kreativitas dalam bentuk transformasional. Mengubah dari gagasan kepada sebuah tindakan praktis, atau dari kultur pada struktur, dari struktur pada kultur, dari satu fase pada fase lainnya. Kreativitas lahir, karena mampu menduplikasi atau mentransformasi pemikiran ke dalam bentuk yang baru.[39]
d.      Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran
Ciri-Ciri Guru Kreatif:
1)      Guru yang fleksibel

Kecerdasan majemuk, keragaman gaya belajar, dan perbedaan karakter siswa menuntut guru harus fleksibel. Guru harus luwes menghadapi segala perbedaan ini agar mampu menumbuhkan segala potensi siswa.
2)      Guru yang optimis
Guru harus optimis bahwa setiap siswa memang memiliki potensi dan setiap anak adalah pribadi yang unik. Keyakinan guru bahwa interaksi yang menyenangkan dalam pembelajaran akan mampu memfasilitasi siswa berubah menjadi lebih baik dan akan berdampak pada perkembangan karakter siswa yang positif.
3)      Guru yang respect
Guru hendaknya senantiasa menumbuhkan rasa hormat di depan siswa sehingga mampu memacu siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran sekaligus hal-hal lain yang dipelajarinya.
4)      Guru yang cekatan
Anak-anak yang selalu aktif dan dinamis harus diimbangi oleh guru yang aktif dan dinamis pula, sehingga bisa saling muncul pemahaman yang kuat dan akan berdampak positif bagi proses dan hasil pembelajaran.
5)      Guru yang humoris
Humor-humor yang dimunculkan guru disela-sela pembelajaran tentunya akan menyegarkan suasana pembelajaran yang membosankan. Dengan humor-humor yang segar akan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
6)      Guru yang inspiratif
Fasilitasilah siswa agar mampu menemukan hal-hal baru yang bermanfaat. Jadikanlah setiap siswa menjadi pribadi yang bermakna dengan menemukan sesuatu yang positif untuk perkembangan kepribadiannya.
7)      Guru yang lembut
Kelembutan akan membuahkan cinta, dan cinta akan semakin merekatkan hubungan guru dengan para siswanya. Jika siswa merasakan kelembutan setiap kali berinteraksi dengan guru maka hal ini akan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.
8)      Guru yang disiplin
Ketika seorang guru membuat kebijakan kedisiplinan, maka ingatlah tujuan awal yang diharapkan terhadap perubahan sikap siswa ke arah yang lebih positif. Disiplin tidak harus selalu identik dengan hukuman. Menurut Lou Anne Johnson metode hukuman mungkin dapat mengubah perilaku siswa sementara waktu, tetapi tidak mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas perbuatan mereka.
9)      Guru yang responsif
Guru hendaknya cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik pada anak didik, sosial budaya, ilmu pengetahuan maupun teknologi. Misalnya ketika muncul demam facebook, maka guru harus kreatif memanfaatkannya untuk mendukung pembelajaran.
10)  Guru yang Empatik
Guru yang empatik pastilah bisa memahami bahwa siswa yang beragam memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda. Dengan empatinya guru harus mampu membantu siswa yang mungkin kurang cepat dalam menerima pembelajaran.
11)  Guru yang nge-friend dengan siswa
Jangan hanya jadikan siswa sebagai teman dinas, tapi jadikanlah siswa sebagai teman sejati kita. Hubungan yang nyaman antar guru dan siswa tentunya akan membuat anak lebih mudah menerima pembelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya.
12)  Guru yang penuh semangat
Aneh rasanya ketika guru mengharapkan siswa belajar dengan aktif, tetapi guru terlihat loyo dan ogah-ogahan. Maka, sebelum memotivasi siswa hendaknya guru pun memancarkan semangat saat berinteraksi dengan siswa.
13)  Guru yang komunikatif
Guru kreatif tentunya tidak sekedar menjalin komunikasi dengan siswa yang hanya ada kaitannya dengan profesi, menegur masalah kedisiplinan, kerapian, dan tugas-tugas. Sapalah siswa dengan bahan komunikasi yang ringan untuk bisa memecah kebekuan dan semakin mendekatkan hubungan guru dan siswa.
14)  Guru yang pemaaf
Menghadapi siswa tidak selalu manis, terkadang kita sering bertemu dengan siswa yang bersikap menjengkelkan. Menurut Abdullah Munir klaim-klaim negatif akan menyebabkan hubungan antara guru dan murid menjadi tersekat, tidak netral, bahkan penuh pra konsepsi negatif. Untuk menghindari hal tersebut, guru harus menjadi sosok yang pemaaf.
15)  Guru yang sanggup menjadi teladan
Guru merupakan orang kedua setelah orang tua yang bisa menjadi contoh dan panutan seorang anak. Tak peduli betapa luar biasanya rencana seorang guru, rencana itu tidak akan berjalan kalau guru tidak memberikan contohnya.[40]
Guru perlu melakukan hal-hal sebagai berikut sebagai unsur-unsur kunci yang dibutuhkan untuk mengajar secara kreatif:
1)      Menciptakan iklim fisik, mental dan emosional yang mendukung kreativitas.
2)      Memberikan program yang seimbang  yang dapat memenuhi kebutuhan  kelompok dan individual.
3)      Menyediakan sarana pembelajaran dan bermain melalui tindakan dan interaksi.
4)      Merencanakan program-program kerja yang efektif pada semua bidang kurikulum.
5)      Memberikan dan mengelola sumber daya secara efektif.
6)      Mengembangkan skil-skil berpikir kreatif.
7)      Mengembangkan sensitifitas.
8)      Menyadari perkembangan anak-anak.
9)      Terbuka dan reflektif dalam pendekatan.
10)  Mampu menghargai kontribusi setiap anak.
11)  Bersedia untuk melihat potensi dalam diri mereka sendiri dan pada diri setiap anak serta berusaha untuk mencari cara untuk mengeluarkannya.
12)  Mendorong seni-seni kreatif dan semua bentuk ekspresi kreatif.
13)  Menikmati tantangan.
14)  Merespon pada pengajaran dengan cara personal, mempertahankan rasa penghargaan diri.
15)  Memanfaatkan sumberdaya multikultural.[41]
Guru yang kreatif akan menunjukkan:
1)      Komitmen
2)      Pengetahuan tentang pokok bahasan
3)      Pengetahuan tentang teknik/skil
4)      Keterlibatan dengan tugas
Guru juga menunjukkan kemampuan untuk:
1)      Memberikan bimbingan
2)      Memberikan pengarahan dan fokus
3)      Sensitif dan menyadari
4)      Mendengarkan secara aktif
5)      Melindungi siswa dari olok-olok dan meremehkan
6)      Mengenali kapan usaha nyata memerlukan dorongan lebih jauh
7)      Menggalakkan iklim yang mendukung ide kreatif.[42]
Pembelajaran kreatif tak hanya terpaku pada kurikulum. Pembelajaran kreatif menekankan pada proses terciptanya kreativitas. Imajinasi dan nalar siswa atau pun guru sama-sama dikembangkan. Kreativitas merupakan tahapan yang paling penting dalam dunia pendidikan. Pembelajaran kreatif menjadi kunci utama agar kreativitas siswa mampu dikembangkan dengan baik.[43]
Guru kreatif selalu mengembangkan kegiatan belajar yang beragam. Proses belajar yang berlangsung di depan kelas bagi guru kreatif tak hanya cukup menyampaikan materi an sich tapi juga mempunyai rasa tanggung jawab untuk menggugah, minginspirasi, dan memotivasi siswa untuk melakukan eksperimentasi dan berkreasi dalam hidupnya. Guru kreatif tak akan kehilangan bahan untuk berbicara. Ia selalu melakukan inovasi pengetahuan dengan banyak membaca.[44]
Guru kreatif juga tidak tergantung pada satu elemen pendidikan yang tidak pokok, layaknya harus ada LCD. Guru kreatif akan membuat alat bantu belajar meskipun sederhana. Fasilitas mumpuni dan gedung sekolah yang mewah bukan ukuran utama bagi guru kreatif. Fasilitas seadanya di tangan guru kreatif bisa menjadi sangat berarti bagi siswa. Fasilitas yang mencukupi tapi gurunya hanya membawakan pembelajaran dengan monoton hanya akan menciptakan kebosanan.[45]
Dari paparan dia atas dapat diartikan bahwa guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengaktualisasikan dan mengekspresikan secara optimal segala kemampuan yang ia miliki dalam rangka membina dan mendidik anak didik dengan baik. Seorang guru yang kreatif akan memiliki sikap kepekaan, inisiatif, cara baru dalam mengajar, kepemimpinan serta tanggungjawab yang tinggi dalam pekerjaan dan tugasnya sebagai seorang pendidik.
2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Guru Fikih Dalam Pembelajaran
Pada mulanya, kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki oleh individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, ditemukan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan. Beberapa ahli mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas.
Utami Munandar dalam Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah:
a.       Usia
b.      Tingkat pendidikan orang tua
c.       Tersedia fasilitas, dan
d.      Penggunaan waktu luang.[46]
Clark dalam Muhammad Ali dan Asrori, mengategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas ke dalam dua kelompok, yaitu faktor yang mendukung dan yang menghambat. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan kreativitas adalah sebagai berikut:
a.       Situasi yang menghadirkan ketidak lengkapan serta keterbukaan.
b.      Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan.
c.       Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.
d.      Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.
e.       Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan, dan mengomunikasikan.
f.       Kedwibahasaan yang memungkinkan untuk pengembangan potensi kreativitas secara lebih luas.
g.      Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreativitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif daripada anak laki-laki yang lahir kemudian).
h.      Perhatian dari orang tua terhadap minat anaknya.
Sedangakan faktor-faktor yang menghambat berkembangnya kreativitas adalah sebagai berikut:
a.       Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidak beranian dalam menanggung risiko, atau upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui.
b.      Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial.
c.       Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan.
d.      Stereotip peran seks atau jenis kelamin.
e.       Diferensiasi antara bekerja dan bermain.
f.       Otoritarianisme.
g.      Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan.[47]
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad juga mengemukakan ada beberapa faktor pendorong dan penghambat kreativitas, yaitu:
a.       Faktor Pendorong
1)      Kepekaan dalam melihat lingkungan.
2)      Kebebasan dalam melihat lingkungan/bertindak.
3)      Komitmen kuat untuk maju dan berhasil.
4)      Optimis dan berani ambil risiko, termasuk risiko yang paling buruk.
5)      Ketekunan untuk berlatih.
6)      Hadapai masalah sebagai tantangan.
7)      Lingkungan yang kondusif, tidak kaku, dan otoriter.
b.      Pengahambat Kreativitas
1)      Malas berpikir, bertindak, berusaha, dan melakukan sesuatu.
2)      Implusif.
3)      Anggap remeh karya orang lain.
4)      Mudah putus asa, cepat bosan, tidak tahan uji.
5)      Cepat puas.
6)      Tak berani tanggung risiko.
7)      Tidak percaya diri.
8)      Tidak disiplin
9)      Tidak tahan uji.[48]
Pendekatan dalam studi kreativitas dapat dibedakan menjadi dua  jenis, yaitu pendekatan psikologis dan pendekatan sosiologis. Torrance dalam Dedi Supriadi sebagaimana dikutip oleh Muhammad Ali dan Asrori, pendekatan psikologis lebih melihat kreativitas dari segi kekuatan yang ada dalam diri individu sebagai faktor-faktor yang menentukan kreativitas, seperti intelegensi, bakat,  motivasi, sikap, minat dan disposisi kepribadian lainnya.
Arieti dalam Muhammad Ali dan Asrori, mengemukakan beberapa faktor sosiologis yang kondusif bagi perkembangan kreativitas, yaitu:
a.       Tersedianya sarana-sarana kebudayaan,
b.      Keterbukaan terhadap keragaman cara berpikir,
c.       Adanya keleluasaan bagi berbagai media kebudayaan,
d.      Adanya toleransi terhadap pandangan-pandangan yang divergen, dan
e.       Adanya penghargaan yang memadai terhadap orang-orang yang berprestasi.[49]
Konsep kreativitas ini sering digunakan, tetapi sering pula disalahartikan. Orang yang kreatif, tidak jarang disebut sebagai orang yang nakal, atau tidak disiplin, atau tidak mau diatur. Akibat dari pemahaman tersebut, maka tidak jarang pula anak-anak yang kreatif atau guru yang kreatif mendapat perlakuan yang kurang semestinya dari lingkungannya.[50]
Berikut beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap profesionalitas dan juga kreativitas guru:
a.       Latar belakang pendidikan Guru
Guru yang berkualifikasi profesional, yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam mengajarkannya secara efektif dan efisien dan guru tersebut berkepribadian yang mantap.[51] Untuk mewujudkan guru yang cakap dan ahli tentunya diutamakan dari lulusan lembaga pendidikan keguruan seperti PGSD (Diploma) FKIP (Universitas) atau lembaga pendidikan keguruan lainnya. Karena kecakapan dan kreativitas seorang guru yang profesional bukan sekedar hasil pembicaraan atau latihan-latihan yang terkondisi, tetapi perlu pendidikan pra jabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara  efektif dan efisien dan tolak ukur evaluasinya terstandar.
b.      Pelatihan-pelatihan Guru dan organisasi keguruan
Pelatihan-pelatihan dan organisasi sangat bermanfaat bagi guru dalam mengembangkan pengetahuannya serta pengalamannya terutama dalam bidang pendidikan. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, guru dapat menambah wawasan baru bagaimana cara-cara yang efektif dalam proses pembelajaran yang sedang dikembangkan saat ini dan kemudian diterapkan atau untuk menambah perbendaharaan wawasan, gagasan atau ide-ide yang inovatif dan kreatif yang akan semakin meningkatkan kualitas guru.
c.       Pengalaman mengajar Guru
Seorang guru yang telah lama mengajar dan telah menjadikannya sebagai profesi  yang utama akan mendapat pengalaman yang cukup dalam pembelajaran. Hal ini pun juga berpengaruh terhadap kreativitas dan keprofesionalismenya, cara mengatasi kesulitan, yang ada dan sebagainya. Pengalaman mendorong guru untuk lebih kreatif lagi dalam menciptakan cara-cara baru atau suasana yang lebih edukatif dan menyegarkan.
d.      Faktor kesejahteraan Guru
Tidak dapat dipungkiri bahwa guru adalah juga seorang manusia biasa yang tak terlepas dari berbagai kesulitan hidup, baik hubungan rumah tangga, dalam pergaulan sosial, ekonomi, kesejahteraan, ataupun masalah apa saja yang akan mengganggu kelancaran tugasnya sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran.
Dikarenakan kesibukan di luar profesi keguruannya menyita banyak waktu, maka ia tidak mempunyai kesempatan untuk berpikir kreatif tentang pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan terkesan asal-asalan. Akan tetapi jika gaji guru yang diperoleh mampu memenuhi kebutuhannya, maka ia pun akan memiliki waktu yang longgar untuk lebih memaksimalkan diri dalam menciptakan suasana belajar yang lebih edukatif, karena tidak dibayang-bayangi pekerjaan lainnya.[52]
B.     Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang kreativitas telah banyak dilakukan oleh orang lain. Yulhairi(2016) meneliti “Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menggunakan Lingkungan Sekolah Sebagai Media Pembelajaran di SMA Negeri 1 Sungai Pagar Kecamatan Kampar Kiri Hilir”. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menggunakan Lingkungan Sekolah Sebagai Media Pembelajaran dikategorikan baik.[53] Adapun persamaannya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama meneliti tentang kreativitas guru. Perbedaannya adalah penulis meneliti Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran secara umum, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yulhairi fokus pada kreativitas guru Pendidikan Agama Islam dalam menggunakan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran.
Bismi Hidayati (2015) meneliti tentang “Hubungan Kreativitas Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Taruna Persada Dumai”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Kreativitas Mengajar Guru Dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.[54] Adapun persamaannya dengan penelitian yang penulis lakukan ini ialah sama-sama meneliti tentang kreativitas guru. Perbedaannya adalah penulis hanya meneliti tentang Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran, sedangkan Bismi Hidayati meneliti tentang hubungan kreativitas mengajar guru dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 
C.    Konsep Operasional
1.      Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran
a.       Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dengan baik dan jelas
b.      Guru memulai pelajaran dengan mengemukakan suatu masalah yang relevan dengan materi saat itu
c.       Guru menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari
d.      Guru menjelaskan materi dengan diselingi humor atau permainan
e.       Guru membuat media pembelajaran yang menarik
f.       Guru menggunakan media/sumber belajar yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran
g.      Guru menciptakan kegiatan belajar mengajar yang inovatif dan beragam sesuai dengan materi pelajaran
h.      Guru mengajak siswa melakukan kegiatan pembelajaran ke luar kelas
i.        Guru mampu melibatkan siswa dalam segala aktivitas pembelajaran
j.        Guru memberikan penghargaan atau hadiah kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar
k.      Guru mampu membangkitkan minat dan perhatian siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung
l.        Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau memberikan tanggapan terhadap materi yang diajarkan
m.    Guru mampu menjawab semua pertanyaan siswa dengan baik dan benar
n.      Guru menghargai gagasan-gagasan yang muncul dari siswa
o.      Guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebelum masuk materi selanjutnya
p.      Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari dan mengadakan evaluasi diakhir pembelajaran
2.      Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Guru Fikih Dalam Pembelajaran
a.       Latar belakang pendidikan guru
b.      Pelatihan-pelatihan guru
c.       Pengalaman mengajar guru
d.      Tersedia fasilitas untuk berkreativitas dalam pembelajaran

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar, yang dilakukan pada 19 Maret sampai 19 Mei 2018.
B.     Obyek dan Subyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar, sedangkan Subyeknya adalah guru mata pelajaran Fikih Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar.
C.    Populasi
Populasi penelitian ini adalah guru mata pelajaran Fikih yang berjumlah 3 orang. Karena jumlah populasinya sedikit, maka penulis tidak mengambil sampel, maka penelitian ini disebut penelitian populasi.
D.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian ini adalah:
1.      Observasi
Teknik observasi adalah suatu teknik yang digunakan penulis untuk mengamati, mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan, dengan cara datang ke lapangan, bertemu dan berinteraksi dengan subjek penelitian. Observasi ini penulis gunakan untuk mengetahui bagaimana kreativitas guru dalam pembelajaran Fikih Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar dengan menggunakan lembar observasi, yang berisikan indikator-indikator yang ada dalam konsep operasional, dengan jawaban “YA” (dilaksanakan) dan “TIDAK” (tidak dilaksanakan).
2.      Wawancara
Teknik wawancara ini, penulis gunakan untuk mengajukan sejumlah pertanyaan kepada guru untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas guru mata pelajaran Fikih dalam pembelajaran.
3.      Dokumentasi
Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai keadaan sekolah, guru, siswa, kurikulum, dan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini.
E.     Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dan selanjutnya diklasifikasikan menjadi dua kelompok data yaitu data kualitatif dan kuantitatif[55]. Terhadap data kualitatif yaitu digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Selanjutnya data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka, dipresentasikan dan ditafsirkan. Kesimpulan analisis data atau hasil penelitian dibuat dalam bentuk kalimat-kalimat (kualitatif). Data yang telah terkumpul dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif dengan presentase dengan rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:
P          = Presentase
F          = Frekuensi kriteria yang terjawab
N         = Jumlah keseluruhan kriteria yang mesti dijawab
100%  = Bilangan tetap
            Adapun Klasifikasi standar yang digunakan:
0% - 20% dikategorikan tidak baik.
21% - 40% dikategorikan kurang baik.
41% - 60 % dikategorikan cukup baik.
61% - 80% dikategorikan baik.
81% - 100% dikategorikan sangat baik.[56]



BAB V
PENUTUP
                                                                                          
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.      Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar secara umum tergolong pada kategori “baik” dengan presentase 70%.
2.      Adapun faktor yang mempengaruhi Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar antara lain:
a.       Latar belakang pendidikan guru, semua guru Fikih Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar berlatar pendidikan Keguruan.
b.      Pelatihan-pelatihan guru, semua guru Fikih Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar sudah pernah mengikuti pelatihan-pelatihan keguruan.
c.       Pengalaman mengajar guru, guru-guru Fikih Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar mempunyai pengalaman mengajar yang berbeda, mulai dari 6 hingga 12 tahun.
d.      Tersedia fasilitas, fasilitas yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar sudah cukup memadai.
B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, penulis ingin menyampaikan beberapa saran yaitu:
1.      Kepada guru hendaknya sering mengikuti penataran, pelatihan-pelatihan dan seminar tantang keguruan untuk menambah wawasan keilmuan agar kreativitas dalam pembelajaran dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.
2.      Hendaknya guru mempergunakan fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah dengan baik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
3.      Kepada kepala sekolah hendaknya memperhatikan dan menyediakan  fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan guru untuk menunjang proses pembelajaran.
4.      Kepada peneliti selanjutnya agar meneliti lebih dalam tentang kreativitas guru dalam pembelajaran.




[1]Hasan Basri, Landasan Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2013) h. 13
[2]Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajran Fikih, 2003, h. 2
[3]Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010) h. 5
[4] Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012) h. 154
[5] Momon sudarma, Profesi Guru: Dipuji,  Dikritisi, dan Dicaci, (Jakarta: Rajawali Perss, 2013) h. 88
[6]Florence Beetlestone, Creative Learning Strategi Untuk Melesatkan Kreatifitas Siswa, (Bandung: Nusa Media, 2011) h. 28
[7]Sitiatava Rizema Putra, Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains, (Jogjakarta: Diva Press, 2013) h. 6-7
[8]Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Op. Cit., h. 162
[9]Momon Sudarma, Op. Cit., h. 68-69
[10]Ibid.,h. 88
[11]Syaiful Sagala, Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010) h. 71
[12]Sitiatava Rizema Putra, Op. Cit., h. 8
[13]Momon Sudarma, Op. Cit., h. 72
[14]Ibid., h. 74-75
[15]Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
[16]Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 1993) h. 4
[17]Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
[18]Momon Sudarma, Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013) h. 9
[19]Ibid.
[20]Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002) h. 776
[21]Momon Sudarma,Profesi Guru: Dipuji, Dikritisi, dan Dicaci, Op. Cit., h. 72
[22]Ibid., h. 73
[23] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 138
[24]Ibid., h. 145
[25]Barnawi, Be A Great Teacher: 46 Rahasia Sukses Menjadi Guru Hebat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) h. 81
[26]Slameto, Op. Cit., h. 146
[27]Momon Sudarma, Profesi Guru: Dipuji, Dikritisi, dan Dicaci, Op. Cit., h. 74-75
[28] Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Op. Cit., h. 164
                [29]Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999) h. 71
[30]Slameto, Op. Cit., h. 148
[31]Utami Munandar, Op. Cit.,h. 34
[32] Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014) h. 52
[33] Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Ibid., h. 53
[34]Ibid.
[35] Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Op. Cit., h. 154
[36] Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran Kratif dan inovatif: Teori & Praktik dalam Pengembangan Profesionalisme Bagi Guru, (Jakarta: AV Publisher, 2009) h. 207
[37] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009) h. 179
[38]Momon Sudarma, Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif, Op. Cit., h. 10
[39]Ibid., h. 25-27
[40] Sri Narwanti, Creative Learning Kiat Menjadi Guru Kreatif dan Favorit (Yogyakarta: Familia, 2011) h. 11-16. 
[41] Florence Beetlestone, Op. Cit., h. 203
[42]Ibid., h. 9
[43] Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid, ( Jogjakarta: Diva Press, 2013) h.158-159
[44]Ibid.
[45]Ibid., h.159-160
[46] Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Op. Cit., h. 53-54
[47]Ibid.
[48] Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Op. Cit., h. 155-156
[49] Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Op. Cit.,h. 45-46
[50] Momon Sudarma, Profesi Guru: Dipuji, Dikritisi, dan Dicaci, Op. Cit., h. 71
[51]A. Samana, Profesionalisme Keguruan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994) h. 21
    [52]http://imanrasiman99.blogspot.com/2012/06/kreativitas-guru-dalam-pembelajaran.html, Sunday, April 16, 2017, 2:06:54 PM
[53]Yulhairi, Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menggunakan Lingkungan Sekolah Sebagai Media Pembelajaran di SMA Negeri 1 Sungai Pagar Kecamatan Kampar Kiri Hilir, Skripsi, UIN SUSKA RIAU, 2016
[54] Bismi Hidayati, Hubungan Kreativitas Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Taruna Persada Dumai, Skripsi, UIN SUSKA RIAU, 2015
[55] Hartono, Statistik untuk Penelitian, (Pekanbaru: Pustaka Belajar, 2010) h. 4
[56] Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan Penelitian Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2009) h. 89