BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah proses pembinaan dan bimbingan
yang dilakukan seseorang secara terus menerus kepada anak didik untuk mencapai
tujuan pendidikan. Proses pendidikan merupakan perjalanan yang tak pernah
terhenti sepanjang hidup manusia dan merupakan hal yang sangat signifikan dalam
kehidupan manusia.[1]
Pendidikan
ditujukan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), sebagaimana dirumuskan
dalam tujuan pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Salah
satu cara merealisasikan tujuan pendidikan nasional di atas adalah melalui
proses pembelajaran. Sebab di sanalah semua siswa akan berinteraktif dan akan
memperoleh berbagai ilmu. Tidak hanya pengetahuan umum saja tetapi juga pengetahuan
agama. Pengetahuan agama memang sangat penting untuk membentuk siswa menjadi
manusia yang berakhlak dan bermoral baik, terutama pada zaman seperti ini.
Oleh karena itu peranan pendidikan agama yang diajarkan
di sekolah-sekolah sangatlah penting untuk membentuk anak menjadi
pribadi yang bermoral. Pendidikan agama yang meliputi Aqidah Akhlaq,
Fiqih, Bahasa Arab, dan Qur’an Hadits dijadikan landasan pengembangan
spiritual. Bila diajarkan
dengan baik, maka juga akan tercipta generasi yang berpendidikan agama yang
baik.[2] Pembelajaran
Fikih
merupakan bagian dari pendidikan agama, memang bukan satu-satunya faktor yang
menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Tetapi pembelajaran Fikih
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk mempraktekkan
ibadah, agar dapat dilakukan dengan benar dan sesuai aturan serta ketentuan
agama, juga dapat mendidik siswa untuk menjadi manusia yang lebih dekat dengan
Allah SWT.
Keberadaan guru dalam
hal ini sangatlah mempunyai pengaruh. Sebab guru sebagi pendidik dalam proses
pembelajaran merupakan komponen manusiawi yang ikut berperan serta dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial, oleh karena itu guru merupakan
salah satu unsur dalam bidang kependidikan.
Guru merupakan
jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan
ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk
melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara
dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi
guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang professional
yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan
berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui
masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.[3]
Profesi guru sebagai bidang pekerjaan khusus dituntut
memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena
itu, nilai keunggulan yang harus dimiliki guru adalah kreativitas.[4] Kreativitas guru dalam melaksanakan
profesinya memberikan pengaruh nyata
terhadap efektivitas pembelajaran dan pelayanan pendidikan. Seorang guru yang
kreatif, mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang sehat dan mendidik.[5]
Kreatifitas
dapat dipandang sebagai sebuah bentuk intelejensi. Gardner dalam Florence, memandang kreatifitas sebagai salah satu dari ‘multipel intelejensi
yang meliputi berbagai macam fungsi otak. Kreatifitas merupakan sebuah komponen
penting dan memang perlu. Tanpa kreatifitas pelajar hanya akan bekerja pada
sebuah tingkat kognitif yang sempit. Aspek kreatif otak dapat membantu
menjelaskan dan menginterpretasikan konsep-konsep yang abstrak, sehingga
memungkinkan anak untuk mencapai penguasaan yang lebih besar.[6]
Dalam
menjalani tahap-tahap proses pembelajaran di sekolah, ternyata ada proses
pembelajaran yang bisa dikatakan berhasil, dan ada pula yang gagal. Dikatakan
berhasil apabila pembelajaran berlangsung dengan kreatif, sehingga menumbuhkan
minat dan motivasi yang lebih besar pada diri siswa agar lebih giat belajar. Sebaliknya,
dinilai gagal jika pembelajaran yang dilakukan membuat siswa justru tidak
bersemangat belajar atau mengetahui sesuatu dari yang dipelajari. Maka dari
itu, dalam proses pembelajaran, seorang guru atau pendidik haruslah kreatif
dalam menyampaikan pembelajaran. Sebagai seorang guru, tentunya sudah menjadi
kewajiban dan tugas anda untuk menciptakan sistem pembelajaran yang kreatif. Sebab,
kreativitas dalam pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.[7]
Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam pembelajaran
disekolah, karena di masa mendatang guru tidak lagi menjadi satu-satunya orang
yang paling pintar di tengah-tengah siswanya. Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab
guru di masa mendatang akan semakin kompleks. Sehingga guru dituntut untuk
senantiasa melakukan peningkatan dan
penyesuaian penguasaan kompetensinya. “Jika guru tidak memahami mekanisme dan
pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan tertinggal secara
professional”.[8]
Iskandar
Agung dalam Momon Sudarma menegaskan bahwa guru merupakan ujung tombak
berlangsungnya proses pembelajaran, sehingga memiliki peran dan fungsi yang
penting bahkan mendominasi proses transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
pendidikan lainnya kepada peserta didik. Dengan kata lain, kreativitas guru
tersebut, akan menjadi taruhan profesinya dalam mendukung upaya peningkatan
layanan pendidikan, dan meningkatkan kualitas lulusan pendidikan.[9]
Ada hukum sosial yang perlu diwaspadai. Lingkungan
kreatif mampu mendorong siswa kreatif. Guru kreatif dapat merangsang peserta
didiknya kreatif. Ketidak kreatifan peserta didik, bukan kesalahan murni anak
didik, tetapi dia tidak pernah mendapatkan lingkungan belajar yang merangsang
kreativitasnya. Dengan demikian, kita membutuhkan suasana belajar yang kreatif,
yang diawali dari guru yang kreatif.[10]
Sekolah
sebagai lembaga organisasi, merupakan suatu sistem terbuka, sekolah tidak
mengisolasi diri dari lingkungannya, karena mempunyai hubungan-hubungan (relasi) dengan lingkungan internal
maupun eksternal sekolah dan bekerja sama. Sekolah
sebagai suatu sistem yang di organisasikan untuk mempermudah pencapaian tujuan
belajar yang berkualitas dalam melayani peserta didik secara efektif dan
efesien. “Tugas utama sekolah adalah menjalankan proses belajar mengajar,
evaluasi kemajuan hasil belajar peserta didik, dan meluluskan peserta didik
yang berkualitas memenuhi standar yang dipersyaratkan”.[11]
Fakta membuktikan
bahwa selama ini proses pembelajaran yang terjadi di sekolah cenderung
konvensional. Maksudnya proses pembelajaran berjalan dengan sistem yang sudah usang
dan ketinggalan zaman, misalnya guru menyampaikan materi dengan cara
berceramah. Nah, cara semacam ini, diakui atau tidak, merupakan cara yang tidak
kreatif dan monoton, sehingga dapat membuat siswa tidak kreatif dan bosan
terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Ironisnya, sampai saat ini,
masih banyak guru atau tenaga pendidik yang menerapkan cara ceramah semacam
ini.[12]
Sebagaimana
hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4
Kampar ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:
1. Masih ada guru
yang tidak menjelaskan tujuan pembelajaran ketika memulai proses pembelajaran.
2. Masih ada guru
yang menyampaikan materi pelajaran
bersifat monoton.
3. Masih ada guru
yang tidak terampil mendayagunakan media pembelajaran.
4. Masih ada guru
yang tidak memberikan evaluasi diakhir pembelajaran.
Berdasarkan
gejala-gejala tersebut penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar”.
B.
Penegasan
Istilah
Sesuai dengan judul
penelitian, Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di
Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar, maka
perlu dijelaskan beberapa istilah yaitu:
1.
Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan
seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru dan mengandung nilai, baik
terkait dengan produk, solusi, seni kerja ataupun yang lainnya.[13]
Kreativitas keguruan yaitu upaya maksimal dari tenaga pendidik untuk menemukan
cara dan/atau strategi pembelajaran yang baru, yang bisa dikembangkan untuk
meningkatkan pelayanan pendidikan di setiap satuan pendidikan.[14]
2.
Guru Mata Pelajaran Fikih
Guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.[15] Sedangkan
Mata pelajaran Fikih adalah suatu bidang ilmu untuk mengetahui hukum-hukum
syara’ yang bersifat ‘amaliah yang dikaji dari dalil-dalil yang terperinci.[16]
Jadi yang dimaksud
dengan guru mata pelajaran Fikih adalah pendidik yang bertanggung jawab atas
pendidikan dan pengajaran mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4
Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar.
3.
Pembelajaran
Dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat
20 dinyatakan bahwa Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.[17]
C.
Permasalahan
1.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan gejala yang penulis paparkan, maka penulis dapat
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
a.
Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Fikih
di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar ?
b.
Bagaimana Kreativitas Guru Mata
Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar
Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar ?
c.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas
Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4
Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar ?
d.
Apa upaya yang dilakukan guru dalam
meningkatkan kreativitas pada mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah
Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar ?
2.
Batasan Masalah
Mengingat
terbatasnya kemampuan penulis baik dari segi dana, waktu dan tenaga serta
banyaknya masalah, maka penelitian ini hanya difokuskan pada Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam
Pembelajaran dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Guru Mata Pelajaran
Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa
Kabupaten Kampar.
3.
Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam
latar belakang masalah di atas, maka Penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
a.
Bagaimana Kreativitas Guru Mata
Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar
Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar ?
b.
Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas
Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4
Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar?
D.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui:
a. Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten
Kampar.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih
Dalam Pembelajaran di Madrasah
Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara Ilmiah
1) Memberikan penjelasan tentang kreativitas guru Mata Pelajaran Fikih
dalam Pembelajaran
2) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bagi penelitian lain yang
melakukan kajian dalam masalah penelitian lanjutan.
b. Secara Praktis
1) Memberikan masukan kepada pimpinan lembaga sekolah mengenai kreativitas
guru mata pelajaran Fikih dalam pembelajaran
2) Memberikan kontribusi bagi praktisi pendidikan dan masyarakat yang
terkait dalam upaya mengelola pembelajaran di sekolah
3) Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi guru-guru mengenai arti
pentingnya kreativitas guru dalam pembelajaran
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Konsep Teori
1.
Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam
Pembelajaran
a.
Pengertian
Kreativitas
Kreativitas
berasal dari kata “to creat” artinya membuat. Dengan kata lain,
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat sesuatu, apakah itu dalam
bentuk ide, langkah atau produk.[18]
Pada saat akan
membuat (to creat) sesuatu, ada beberapa aspek penting yang
menyertainya. Pertama, dia mampu menemukan ide untuk membuat sesuatu. Kedua,
dia mampu menemukan bahan yang digunakan dalam membuat produk tersebut. Ketiga,
dia mampu melaksanakannya, dan terakhir mampu menghasilkan sesuatu.[19]
Kemudian pada
Kamus Bahasa Indonesia, kata kreatif dinyatakan mengandung makna (1) mempunyai
kemampuan mencipta (2) mengandung daya cipta. Sementara istilah kreativitas
mengandung arti (1) kemampuan untuk mencipta (2) perihal kreasi.[20]
Kreativitas
merujuk pada kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru dan
mengandung nilai, baik terkait dengan produk, solusi, seni kerja ataupun yang
lainnya.[21]
Sedangkan
menurut Elizabeth Hurlock dalam Nawawi sebagaimana dikutip Momon Sudarma
kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah
suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru.[22] Kreativitas
adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif
dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar.[23]
Pada
hakikatnya, pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu yang baru
dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Ini sesuai dengan perumusan kreativitas secara
tradisional. Secara tradisional kreativitas dibatasi sebagai
mewujudkan sesuatu yang baru dalam kenyataan. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa
perbuatan, tingkah laku, suatu bangunan misalnya sebuah gedung, hasil-hasil
kesusasteraan, dan lain-lain.[24] Menurut Jhon Jung dalam Barnawi kreativitas mengandung tiga unsur,
yaitu keahlian, baru dan bernilai.[25]
Menurut Moreno
dalam Slameto, yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu
yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk
kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus
merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya.[26]
Dari paparan dimaksud, dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan kreativitas keguruan disini, yaitu upaya maksimal dari
tenaga pendidik untuk menemukan cara dan/atau strategi pembelajaran yang baru,
yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan pelayanan pendidikan disetiap satuan pendidikan.[27]
Ada lima proses
kreatif yang diungkapkan oleh De Porter dan Mike Hernacki dalam Hamzah B. Uno
dan Nurdin Mohamad, yaitu:
1)
Persiapan,
mendefinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.
2)
Inkubasi,
mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran.
3)
Iluminasi,
mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan.
4)
Verifikasi,
memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah.
5)
Aplikasi,
mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut.[28]
b. Karakteristik Kreativitas
Untuk disebut sebagai seorang
yang kreatif, maka perlu diketahui tentang ciri-ciri atau karakteristik orang
yang kreatif. Berikut ini dikemukakan beberapa pendapat ahli tentang ciri-ciri
orang yang kreatif. Adapun ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai
berikut:
1)
Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam
2)
Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3)
Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
4)
Bebas dalam menyatakan pendapat
5)
Mempunyai rasa keindahan yang dalam
6)
Menonjol dalam salah satu bidang seni
7)
Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang
8)
Mempunyai rasa humor yang luas
9)
Mempunyai daya imajinasi
10)
Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.[29]
Sund dalam Slameto menyatakan
bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan
ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Hasrat keingintahuan yang cukup besar
2)
Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru
3)
Panjang akal
4)
Keinginan untuk menemukan dan meneliti
5)
Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit
6)
Cenderung lebih mencari jawaban yang luas dan memuaskan
7)
Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan
tugas
8)
Berfikir fleksibel
9)
Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung
memberikan jawaban lebih banyak
10)
Kemampuan membuat analisis dan sintesis
11)
Memiliki semangat bertanya serta meneliti
12)
Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
13)
Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.[30]
Menurut Carl Rogers sebagaimana
yang dikutip Utami Munandar mengemukakan tiga kondisi pribadi yang kreatif
ialah:
1) Keterbukaan terhadap
pengalaman,
2) Kemampuan untuk menilai
situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of
evaluation) dan
3) Kemampuan untuk bereksperimen,
untuk “bermain” dengan konsep-konsep.[31]
Piers Adam
dalam Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, mengemukakan bahwa
krakteristik kreativitas adalah sebagai berikut:
1)
Memiliki
dorongan (drive) yang tinggi
2)
Memiliki
keterlibatan yang tinggi
3)
Memiliki
rasa ingin tahu yang besar
4)
Memiliki
ketekunan yang tinggi
5)
Cenderung
tidak puas terhadap kemapanan
6)
Penuh
percaya diri
7)
Memiliki
kemandirian yang tinggi
8)
Bebas
dalam mengambil keputusan
9)
Menerima
diri sendiri
10)
Senang
humor
11)
Memiliki
intuisi yang tinggi
12)
Cenderung
tertarik pada hal-hal yang kompleks
13)
Toleran
terhadap ambiguitas
14)
Bersifat
sensitif.[32]
Adapun Clark
mengemukakan karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut:
1)
Memiliki
disiplin diri yang tinggi
2)
Memiliki
kemandirian yang tinggi
3)
Cenderung
sering menentang otoritas
4)
Memiliki
rasa humor
5)
Mampu
menentang tekanan kelompok
6)
Lebih
mampu menyesuaikan diri
7)
Senang
berpetualang
8)
Toleran
terhadap ambiguitas
9)
Kurang
toleran terhadap hal-hal yang membosankan
10)
Menyukai
hal-hal yang kompleks
11)
Memiliki
kemampuan berpikir divergen yang tinggi
12)
Memilik
memori dan atensi yang baik
13)
Memiliki
wawasan yang luas
14)
Mampu
berpikir periodik
15)
Memerlukan
situasi yang mendukung
16)
Sensitif
terhadap lingkungan
17)
Memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi
18)
Memiliki
nilai astetik yang tinggi
19)
Lebih
bebas dalam mengembangkan integrasi
peran seks.[33]
Sedangkan Torrance mengemukakan karakteristik kreativitas sebagai
berikut:
1)
Memiliki
rasa ingin tahu yang besar
2)
Tekun
dan tidak mudah bosan
3)
Percaya
diri dan mandiri
4)
Merasa
tertentang oleh kemajemukan atau kompleksitas
5)
Berani
mengambil risiko
6)
Berpikir
divergen[34]
Hamzah B. Uno,
Nurdin Mohamad menjelaskan tentang kreativitas yaitu:
1)
Kreatif
sering digambarkan dengan kemampuan berpikir kritis dan banyak ide, serta
banyak ide dan gagasan.
2)
Orang
kreatif melihat hal yang sama, tetapi melalui cara berpikir yang berbeda.
3)
Kemampuan
menggabungkan sesuatu yang belum pernah tergabung sebelumnya.
4)
Kemampuan
untuk menemukan atau mendapatkan ide dan pemecahan baru.[35]
Daryanto,
mengemukakan ciri kratif sebagai berikut:
1)
Mampu
menghasilkan ide banyak dalam waktu singkat.
2)
Mampu
menghubungkan, menggabungkan hal yang berbeda.
3)
Mampu
mengembangkan hal yang sederhana.
4)
Mampu
bekerja secara detail dan kompleks.
5)
Memiliki
rasa ingin tahu yang besar.
6)
Berani
mengambil risiko.
7)
Cepat
tanggap dan mandiri.
8)
Suka
mencari ide-ide yang unik.[36]
Seseorang yang
kreatif adalah yang memiliki kemampuan kapasitas pemahaman, sensitivitas dan
apresiasi, dapat dikatakan melebihi dari seseorang yang tergolong intelegen. Aspek
khusus berpikir kreatif adalah berpikir devergen (devergen thinking), yang memiliki ciri-ciri: fleksibilitas,
originalitas, dan fluency (keluwesan, keaslian dan kuantitas output).[37]
Karakter dari ide, atau produk kreatif itu
adalah mampu memberikan kepuasan pada pengguna. Setiap
pengguna, merasakan dirinya dihargai, dan diajak untuk menemukan maknanya
sendiri. Tanpa merasa dipaksa, atau terpaksa untuk menerima makna atau pesan dari si
pengirim pesan dimaksud.[38]
c. Bentuk-bentuk Kreativitas
1)
Kreativitas lahir dalam bentuk kombinasi. Orang kreatif
adalah mengombinasikan bahan-bahan dasar yang sudah ada, baik itu ide, gagasan
atau produk, sehingga kemudian melahirkan hal yang baru (novelty).
2)
Kreativitas lahir dalam bentuk eksplorasi. Bentuk ini,
berupaya melahirkan sesuatu yang baru, dari sesuatu yang belum tampak
sebelumnya.
3)
Kreativitas dalam bentuk transformasional. Mengubah dari
gagasan kepada sebuah tindakan praktis, atau dari kultur pada struktur, dari
struktur pada kultur, dari satu fase pada fase lainnya. Kreativitas lahir,
karena mampu menduplikasi atau mentransformasi pemikiran ke dalam bentuk yang
baru.[39]
d. Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran
Ciri-Ciri Guru Kreatif:
1)
Guru yang fleksibel
Kecerdasan majemuk, keragaman gaya belajar, dan perbedaan
karakter siswa menuntut guru harus fleksibel. Guru harus luwes menghadapi
segala perbedaan ini agar mampu menumbuhkan segala potensi siswa.
2)
Guru yang optimis
Guru harus optimis bahwa setiap siswa memang memiliki potensi
dan setiap anak adalah pribadi yang unik. Keyakinan guru bahwa interaksi yang
menyenangkan dalam pembelajaran akan mampu memfasilitasi siswa berubah menjadi
lebih baik dan akan berdampak pada perkembangan karakter siswa yang positif.
3)
Guru yang respect
Guru hendaknya senantiasa menumbuhkan rasa hormat di depan
siswa sehingga mampu memacu siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran
sekaligus hal-hal lain yang dipelajarinya.
4)
Guru yang cekatan
Anak-anak yang selalu aktif dan dinamis harus diimbangi oleh
guru yang aktif dan dinamis pula, sehingga bisa saling muncul pemahaman yang
kuat dan akan berdampak positif bagi proses dan hasil pembelajaran.
5)
Guru yang humoris
Humor-humor yang dimunculkan guru disela-sela pembelajaran
tentunya akan menyegarkan suasana pembelajaran yang membosankan. Dengan
humor-humor yang segar akan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan.
6)
Guru yang inspiratif
Fasilitasilah siswa agar mampu menemukan hal-hal baru yang
bermanfaat. Jadikanlah setiap siswa menjadi pribadi yang bermakna dengan menemukan
sesuatu yang positif untuk perkembangan kepribadiannya.
7)
Guru yang lembut
Kelembutan akan membuahkan cinta, dan cinta akan semakin
merekatkan hubungan guru dengan para siswanya. Jika siswa merasakan kelembutan
setiap kali berinteraksi dengan guru maka hal ini akan membuat pembelajaran
menjadi lebih efektif.
8)
Guru yang disiplin
Ketika seorang guru membuat kebijakan kedisiplinan, maka
ingatlah tujuan awal yang diharapkan terhadap perubahan sikap siswa ke arah
yang lebih positif. Disiplin tidak harus selalu identik dengan hukuman. Menurut
Lou Anne Johnson metode hukuman mungkin dapat mengubah perilaku siswa sementara
waktu, tetapi tidak mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas perbuatan
mereka.
9)
Guru yang responsif
Guru hendaknya cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi, baik pada anak didik, sosial budaya, ilmu pengetahuan maupun
teknologi. Misalnya ketika muncul demam facebook, maka guru harus
kreatif memanfaatkannya untuk mendukung pembelajaran.
10)
Guru yang Empatik
Guru yang empatik pastilah bisa memahami bahwa siswa yang
beragam memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda. Dengan empatinya
guru harus mampu membantu siswa yang mungkin kurang cepat dalam menerima
pembelajaran.
11)
Guru yang nge-friend dengan siswa
Jangan hanya jadikan siswa sebagai teman dinas, tapi
jadikanlah siswa sebagai teman sejati kita. Hubungan yang nyaman antar guru dan
siswa tentunya akan membuat anak lebih mudah menerima pembelajaran dan
bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya.
12)
Guru yang penuh semangat
Aneh rasanya ketika guru mengharapkan siswa belajar dengan
aktif, tetapi guru terlihat loyo dan ogah-ogahan. Maka, sebelum memotivasi
siswa hendaknya guru pun memancarkan semangat saat berinteraksi dengan siswa.
13)
Guru yang komunikatif
Guru kreatif tentunya tidak sekedar menjalin komunikasi
dengan siswa yang hanya ada kaitannya dengan profesi, menegur masalah
kedisiplinan, kerapian, dan tugas-tugas. Sapalah siswa dengan bahan komunikasi
yang ringan untuk bisa memecah kebekuan dan semakin mendekatkan hubungan guru
dan siswa.
14)
Guru yang pemaaf
Menghadapi siswa tidak selalu manis, terkadang kita sering
bertemu dengan siswa yang bersikap menjengkelkan. Menurut Abdullah Munir
klaim-klaim negatif akan menyebabkan hubungan antara guru dan murid menjadi
tersekat, tidak netral, bahkan penuh pra konsepsi negatif. Untuk menghindari
hal tersebut, guru harus menjadi sosok yang pemaaf.
15)
Guru yang sanggup menjadi teladan
Guru merupakan orang kedua setelah orang tua yang bisa
menjadi contoh dan panutan seorang anak. Tak peduli betapa luar biasanya
rencana seorang guru, rencana itu tidak akan berjalan kalau guru tidak
memberikan contohnya.[40]
Guru perlu melakukan hal-hal sebagai berikut
sebagai unsur-unsur kunci yang dibutuhkan untuk mengajar secara kreatif:
1)
Menciptakan iklim fisik, mental dan emosional yang mendukung
kreativitas.
2)
Memberikan program yang seimbang
yang dapat memenuhi kebutuhan
kelompok dan individual.
3)
Menyediakan sarana pembelajaran dan bermain melalui tindakan dan
interaksi.
4)
Merencanakan program-program kerja yang efektif pada semua bidang
kurikulum.
5)
Memberikan dan mengelola sumber daya secara efektif.
6)
Mengembangkan skil-skil berpikir kreatif.
7)
Mengembangkan sensitifitas.
8)
Menyadari perkembangan anak-anak.
9)
Terbuka dan reflektif dalam pendekatan.
10)
Mampu menghargai kontribusi setiap anak.
11)
Bersedia untuk melihat potensi dalam diri mereka sendiri dan pada diri
setiap anak serta berusaha untuk mencari cara untuk mengeluarkannya.
12)
Mendorong seni-seni kreatif dan semua bentuk ekspresi kreatif.
13)
Menikmati tantangan.
14)
Merespon pada pengajaran dengan cara personal, mempertahankan rasa
penghargaan diri.
Guru yang kreatif akan menunjukkan:
1)
Komitmen
2)
Pengetahuan tentang pokok bahasan
3)
Pengetahuan tentang teknik/skil
4)
Keterlibatan dengan tugas
Guru juga menunjukkan kemampuan untuk:
1) Memberikan bimbingan
2) Memberikan pengarahan
dan fokus
3) Sensitif dan menyadari
4) Mendengarkan secara
aktif
5) Melindungi siswa dari
olok-olok dan meremehkan
6) Mengenali kapan usaha
nyata memerlukan dorongan lebih jauh
7) Menggalakkan iklim yang
mendukung ide kreatif.[42]
Pembelajaran
kreatif tak hanya terpaku pada kurikulum. Pembelajaran kreatif menekankan pada
proses terciptanya kreativitas. Imajinasi dan nalar siswa atau pun guru
sama-sama dikembangkan. Kreativitas merupakan tahapan yang paling penting dalam
dunia pendidikan. Pembelajaran kreatif menjadi kunci utama agar kreativitas
siswa mampu dikembangkan dengan baik.[43]
Guru kreatif
selalu mengembangkan kegiatan belajar yang beragam. Proses belajar yang
berlangsung di depan kelas bagi guru kreatif tak hanya cukup menyampaikan
materi an sich tapi juga mempunyai rasa tanggung jawab untuk menggugah,
minginspirasi, dan memotivasi siswa untuk melakukan eksperimentasi dan
berkreasi dalam hidupnya. Guru kreatif tak akan kehilangan bahan untuk
berbicara. Ia selalu melakukan inovasi pengetahuan dengan banyak membaca.[44]
Guru kreatif
juga tidak tergantung pada satu elemen pendidikan yang tidak pokok, layaknya
harus ada LCD. Guru kreatif akan membuat alat bantu belajar meskipun sederhana.
Fasilitas mumpuni dan gedung sekolah yang mewah bukan ukuran utama bagi guru
kreatif. Fasilitas seadanya di tangan guru kreatif bisa menjadi sangat berarti
bagi siswa. Fasilitas yang mencukupi tapi gurunya hanya membawakan pembelajaran
dengan monoton hanya akan menciptakan kebosanan.[45]
Dari paparan dia atas dapat diartikan bahwa
guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengaktualisasikan dan mengekspresikan
secara optimal segala kemampuan yang ia miliki dalam rangka membina dan
mendidik anak didik dengan baik. Seorang guru yang kreatif akan memiliki sikap
kepekaan, inisiatif, cara baru dalam mengajar, kepemimpinan serta tanggungjawab
yang tinggi dalam pekerjaan dan tugasnya sebagai seorang pendidik.
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Guru Fikih Dalam
Pembelajaran
Pada mulanya, kreativitas
dipandang sebagai faktor bawaan
yang hanya dimiliki oleh individu tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya,
ditemukan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis tetapi
membutuhkan rangsangan dari lingkungan. Beberapa ahli mengemukakan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas.
Utami
Munandar dalam Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah:
a. Usia
b. Tingkat pendidikan orang tua
c. Tersedia fasilitas, dan
d. Penggunaan waktu luang.[46]
Clark
dalam Muhammad Ali dan Asrori, mengategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kreativitas ke dalam dua kelompok, yaitu faktor yang mendukung dan yang
menghambat. Faktor-faktor yang mendukung perkembangan kreativitas adalah
sebagai berikut:
a. Situasi yang menghadirkan ketidak
lengkapan serta keterbukaan.
b. Situasi yang memungkinkan dan mendorong
timbulnya banyak pertanyaan.
c. Situasi yang dapat mendorong dalam
rangka menghasilkan sesuatu.
d. Situasi yang mendorong tanggung jawab
dan kemandirian.
e. Situasi yang menekankan inisiatif diri
untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat,
menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan, dan mengomunikasikan.
f. Kedwibahasaan yang memungkinkan untuk
pengembangan potensi kreativitas secara lebih luas.
g. Posisi kelahiran (berdasarkan tes
kreativitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif daripada anak laki-laki yang
lahir kemudian).
h. Perhatian dari orang tua terhadap minat
anaknya.
Sedangakan
faktor-faktor yang menghambat berkembangnya kreativitas adalah sebagai berikut:
a. Adanya kebutuhan akan keberhasilan,
ketidak beranian dalam menanggung risiko, atau upaya mengejar sesuatu yang
belum diketahui.
b. Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya
dan tekanan sosial.
c. Kurang berani dalam melakukan
eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan.
d. Stereotip peran seks atau jenis kelamin.
e. Diferensiasi antara bekerja dan bermain.
f. Otoritarianisme.
g. Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan.[47]
Hamzah B. Uno dan
Nurdin Mohamad juga
mengemukakan ada beberapa
faktor pendorong dan penghambat kreativitas, yaitu:
a. Faktor Pendorong
1)
Kepekaan
dalam melihat lingkungan.
2)
Kebebasan
dalam melihat lingkungan/bertindak.
3)
Komitmen
kuat untuk maju dan berhasil.
4)
Optimis
dan berani ambil risiko, termasuk risiko yang paling buruk.
5)
Ketekunan
untuk berlatih.
6)
Hadapai
masalah sebagai tantangan.
7)
Lingkungan
yang kondusif, tidak kaku, dan otoriter.
b. Pengahambat Kreativitas
1)
Malas
berpikir, bertindak, berusaha, dan melakukan sesuatu.
2)
Implusif.
3)
Anggap
remeh karya orang lain.
4)
Mudah
putus asa, cepat bosan, tidak tahan uji.
5)
Cepat
puas.
6)
Tak
berani tanggung risiko.
7)
Tidak
percaya diri.
8)
Tidak
disiplin
9)
Tidak
tahan uji.[48]
Pendekatan
dalam studi kreativitas dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan psikologis dan
pendekatan sosiologis. Torrance dalam Dedi Supriadi sebagaimana dikutip oleh
Muhammad Ali dan Asrori, pendekatan psikologis lebih melihat kreativitas dari
segi kekuatan yang ada dalam diri individu sebagai faktor-faktor yang
menentukan kreativitas, seperti intelegensi, bakat, motivasi, sikap, minat dan disposisi
kepribadian lainnya.
Arieti
dalam Muhammad Ali dan Asrori, mengemukakan beberapa faktor sosiologis yang
kondusif bagi perkembangan kreativitas, yaitu:
a. Tersedianya sarana-sarana kebudayaan,
b. Keterbukaan terhadap keragaman cara
berpikir,
c. Adanya keleluasaan bagi berbagai media
kebudayaan,
d. Adanya toleransi terhadap
pandangan-pandangan yang divergen, dan
e. Adanya penghargaan yang memadai terhadap
orang-orang yang berprestasi.[49]
Konsep
kreativitas ini sering digunakan, tetapi sering pula disalahartikan. Orang yang
kreatif, tidak jarang disebut sebagai orang yang nakal, atau tidak disiplin,
atau tidak mau diatur. Akibat dari pemahaman tersebut, maka tidak jarang
pula anak-anak yang kreatif atau guru yang kreatif mendapat perlakuan yang
kurang semestinya dari lingkungannya.[50]
Berikut
beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap profesionalitas dan juga
kreativitas guru:
a.
Latar belakang pendidikan Guru
Guru yang berkualifikasi profesional, yaitu
guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam
mengajarkannya secara efektif dan efisien dan guru tersebut berkepribadian yang
mantap.[51] Untuk
mewujudkan guru yang cakap dan ahli tentunya diutamakan dari lulusan lembaga
pendidikan keguruan seperti PGSD (Diploma) FKIP (Universitas) atau lembaga
pendidikan keguruan lainnya. Karena kecakapan dan kreativitas seorang guru yang
profesional bukan sekedar hasil pembicaraan atau latihan-latihan yang terkondisi,
tetapi perlu pendidikan pra jabatan yang terprogram secara relevan serta
berbobot, terselenggara secara efektif dan efisien dan tolak ukur
evaluasinya terstandar.
b.
Pelatihan-pelatihan Guru dan organisasi
keguruan
Pelatihan-pelatihan dan organisasi sangat
bermanfaat bagi guru dalam mengembangkan pengetahuannya serta pengalamannya
terutama dalam bidang pendidikan. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut,
guru dapat menambah wawasan baru bagaimana cara-cara yang efektif dalam proses
pembelajaran yang sedang dikembangkan saat ini dan kemudian diterapkan atau
untuk menambah perbendaharaan wawasan, gagasan atau ide-ide yang inovatif dan
kreatif yang akan semakin meningkatkan kualitas guru.
c.
Pengalaman mengajar Guru
Seorang guru yang telah lama mengajar dan telah
menjadikannya sebagai profesi yang utama akan mendapat pengalaman yang
cukup dalam pembelajaran. Hal ini pun juga berpengaruh terhadap kreativitas dan
keprofesionalismenya, cara mengatasi kesulitan, yang ada dan sebagainya. Pengalaman
mendorong guru untuk lebih kreatif lagi dalam menciptakan cara-cara baru atau
suasana yang lebih edukatif dan menyegarkan.
d.
Faktor kesejahteraan Guru
Tidak dapat dipungkiri bahwa guru adalah juga seorang
manusia biasa yang tak terlepas dari berbagai kesulitan hidup, baik hubungan
rumah tangga, dalam pergaulan sosial, ekonomi, kesejahteraan, ataupun masalah
apa saja yang akan mengganggu kelancaran tugasnya sebagai seorang guru dalam
proses pembelajaran.
Dikarenakan kesibukan di luar profesi keguruannya menyita
banyak waktu, maka ia tidak mempunyai kesempatan untuk berpikir kreatif tentang
pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan terkesan asal-asalan. Akan tetapi jika
gaji guru yang diperoleh mampu memenuhi kebutuhannya, maka ia pun akan memiliki
waktu yang longgar untuk lebih memaksimalkan diri dalam menciptakan suasana
belajar yang lebih edukatif, karena tidak dibayang-bayangi pekerjaan lainnya.[52]
B.
Penelitian
Yang Relevan
Penelitian
tentang kreativitas telah banyak dilakukan oleh orang lain. Yulhairi(2016)
meneliti “Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menggunakan Lingkungan
Sekolah Sebagai Media Pembelajaran di SMA Negeri 1 Sungai Pagar Kecamatan
Kampar Kiri Hilir”. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa Kreativitas Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Menggunakan Lingkungan Sekolah Sebagai Media
Pembelajaran dikategorikan baik.[53]
Adapun persamaannya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama
meneliti tentang kreativitas guru. Perbedaannya adalah penulis meneliti Kreativitas
Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran secara umum, sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Yulhairi fokus pada kreativitas guru Pendidikan Agama Islam
dalam menggunakan lingkungan sekolah sebagai media pembelajaran.
Bismi Hidayati
(2015) meneliti tentang “Hubungan Kreativitas Mengajar Guru dengan Prestasi
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMK Taruna Persada Dumai”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara Kreativitas Mengajar Guru Dengan Prestasi Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.[54] Adapun persamaannya dengan penelitian
yang penulis lakukan ini ialah sama-sama meneliti tentang kreativitas guru.
Perbedaannya adalah penulis hanya meneliti tentang Kreativitas Guru Mata
Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran, sedangkan Bismi Hidayati meneliti tentang
hubungan kreativitas mengajar guru dengan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
C.
Konsep
Operasional
1. Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam
Pembelajaran
a.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran dengan baik dan jelas
b.
Guru memulai pelajaran dengan mengemukakan suatu
masalah yang relevan dengan materi saat itu
c.
Guru menghubungkan materi dengan kehidupan
sehari-hari
d.
Guru menjelaskan materi dengan diselingi humor atau
permainan
e.
Guru membuat media
pembelajaran yang menarik
f.
Guru menggunakan
media/sumber belajar yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran
g.
Guru menciptakan kegiatan belajar mengajar yang
inovatif dan beragam sesuai dengan materi pelajaran
h.
Guru mengajak siswa
melakukan kegiatan pembelajaran ke luar kelas
i.
Guru mampu melibatkan
siswa dalam segala aktivitas pembelajaran
j.
Guru memberikan
penghargaan atau hadiah kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru dengan
benar
k.
Guru mampu membangkitkan
minat dan perhatian siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung
l.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
atau memberikan tanggapan terhadap materi yang diajarkan
m.
Guru mampu menjawab semua pertanyaan siswa dengan
baik dan benar
n.
Guru menghargai gagasan-gagasan yang muncul dari
siswa
o.
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa sebelum
masuk materi selanjutnya
p.
Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang
dipelajari dan mengadakan evaluasi diakhir pembelajaran
2.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Guru Fikih Dalam
Pembelajaran
a.
Latar belakang pendidikan guru
b.
Pelatihan-pelatihan guru
c.
Pengalaman mengajar guru
d.
Tersedia fasilitas untuk berkreativitas dalam pembelajaran
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar, yang dilakukan pada 19
Maret sampai 19 Mei 2018.
B.
Obyek dan Subyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Kreativitas Guru Mata
Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar,
sedangkan Subyeknya adalah guru mata pelajaran Fikih Madrasah Tsanawiyah Negeri
4 Kampar.
C.
Populasi
Populasi
penelitian ini adalah guru mata pelajaran Fikih yang berjumlah 3 orang. Karena
jumlah populasinya sedikit, maka penulis tidak mengambil sampel, maka
penelitian ini disebut penelitian populasi.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan penulis untuk melakukan penelitian ini adalah:
1.
Observasi
Teknik
observasi adalah suatu teknik yang digunakan penulis untuk mengamati,
mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan, dengan cara datang ke lapangan, bertemu dan berinteraksi dengan subjek penelitian.
Observasi ini penulis gunakan untuk mengetahui bagaimana kreativitas guru dalam
pembelajaran Fikih Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa
Kabupaten Kampar dengan menggunakan lembar observasi, yang berisikan
indikator-indikator yang ada dalam konsep operasional, dengan jawaban “YA”
(dilaksanakan) dan “TIDAK” (tidak dilaksanakan).
2.
Wawancara
Teknik
wawancara ini, penulis gunakan untuk mengajukan sejumlah pertanyaan kepada guru
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas guru mata
pelajaran Fikih dalam pembelajaran.
3.
Dokumentasi
Teknik ini
penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai keadaan sekolah, guru, siswa,
kurikulum, dan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini.
E.
Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dan selanjutnya
diklasifikasikan menjadi dua kelompok data yaitu data kualitatif dan kuantitatif[55]. Terhadap data
kualitatif yaitu digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan
menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Selanjutnya data
yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka, dipresentasikan dan
ditafsirkan. Kesimpulan analisis
data atau hasil penelitian dibuat dalam bentuk kalimat-kalimat (kualitatif). Data yang telah terkumpul dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif
dengan presentase dengan rumus yang digunakan adalah:
Keterangan:
P = Presentase
F =
Frekuensi kriteria yang terjawab
N = Jumlah keseluruhan
kriteria yang mesti dijawab
100% = Bilangan tetap
Adapun Klasifikasi
standar yang digunakan:
0% - 20% dikategorikan tidak baik.
21% - 40% dikategorikan kurang baik.
41% - 60 % dikategorikan cukup baik.
61% - 80% dikategorikan baik.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Kreativitas
Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4
Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar secara umum tergolong pada kategori “baik”
dengan presentase 70%.
2.
Adapun
faktor yang mempengaruhi Kreativitas Guru Mata Pelajaran Fikih Dalam
Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa Kabupaten
Kampar antara lain:
a.
Latar
belakang pendidikan guru, semua guru Fikih Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar
Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar berlatar pendidikan Keguruan.
b.
Pelatihan-pelatihan
guru, semua guru Fikih Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan Kampa
Kabupaten Kampar sudah pernah mengikuti pelatihan-pelatihan keguruan.
c.
Pengalaman
mengajar guru, guru-guru Fikih Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan
Kampa Kabupaten Kampar mempunyai pengalaman mengajar yang berbeda, mulai dari 6
hingga 12 tahun.
d.
Tersedia
fasilitas, fasilitas yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 Kampar Kecamatan
Kampa Kabupaten Kampar sudah cukup memadai.
B.
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian dan kesimpulan di atas, penulis ingin menyampaikan beberapa
saran yaitu:
1.
Kepada
guru hendaknya sering mengikuti penataran, pelatihan-pelatihan dan seminar
tantang keguruan untuk menambah wawasan keilmuan agar kreativitas dalam
pembelajaran dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.
2.
Hendaknya
guru mempergunakan fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah dengan baik dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
3.
Kepada
kepala sekolah hendaknya memperhatikan dan menyediakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan guru
untuk menunjang proses pembelajaran.
4.
Kepada
peneliti selanjutnya agar meneliti lebih dalam tentang kreativitas guru dalam
pembelajaran.
[1]Hasan Basri, Landasan Pendidikan, (Bandung:
Pustaka Setia, 2013) h. 13
[2]Departemen Agama, Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajran
Fikih, 2003, h. 2
[3]Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2010) h. 5
[4] Hamzah B. Uno
dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM: Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2012) h. 154
[5] Momon sudarma,
Profesi Guru: Dipuji, Dikritisi, dan
Dicaci, (Jakarta: Rajawali Perss, 2013) h. 88
[6]Florence Beetlestone, Creative Learning Strategi
Untuk Melesatkan Kreatifitas Siswa, (Bandung: Nusa Media, 2011) h. 28
[7]Sitiatava Rizema Putra, Desain Belajar Mengajar
Kreatif Berbasis Sains, (Jogjakarta: Diva Press, 2013) h. 6-7
[8]Hamzah B. Uno
dan Nurdin Mohamad, Op. Cit., h. 162
[9]Momon Sudarma, Op. Cit., h. 68-69
[10]Ibid.,h. 88
[11]Syaiful Sagala,
Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010) h. 71
[12]Sitiatava Rizema Putra, Op. Cit., h. 8
[13]Momon Sudarma, Op. Cit., h. 72
[14]Ibid., h. 74-75
[15]Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
[16]Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta:
Rajawali Pers, 1993) h. 4
[17]Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional
[18]Momon Sudarma, Mengembangkan Keterampilan Berpikir
Kreatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013) h. 9
[19]Ibid.
[20]Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia
Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002) h. 776
[21]Momon Sudarma,Profesi Guru: Dipuji, Dikritisi, dan Dicaci, Op. Cit., h. 72
[22]Ibid., h. 73
[23] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 138
[24]Ibid., h. 145
[25]Barnawi, Be
A Great Teacher: 46 Rahasia Sukses Menjadi Guru Hebat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012) h. 81
[26]Slameto, Op. Cit., h. 146
[27]Momon Sudarma, Profesi Guru: Dipuji, Dikritisi, dan
Dicaci, Op. Cit., h. 74-75
[28] Hamzah B. Uno
dan Nurdin Mohamad, Op. Cit., h. 164
[30]Slameto, Op. Cit., h. 148
[31]Utami Munandar,
Op. Cit.,h. 34
[32] Muhammad Ali
dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2014) h. 52
[33] Muhammad Ali
dan Muhammad Asrori, Ibid., h. 53
[34]Ibid.
[35] Hamzah B. Uno
dan Nurdin Mohamad, Op. Cit., h. 154
[36] Daryanto, Panduan
Proses Pembelajaran Kratif dan inovatif: Teori & Praktik dalam Pengembangan
Profesionalisme Bagi Guru, (Jakarta: AV Publisher, 2009) h. 207
[37] Oemar Hamalik,
Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2009) h. 179
[38]Momon Sudarma, Mengembangkan Keterampilan Berpikir
Kreatif, Op. Cit., h. 10
[39]Ibid., h. 25-27
[40] Sri Narwanti, Creative
Learning Kiat Menjadi Guru Kreatif dan
Favorit (Yogyakarta: Familia, 2011) h. 11-16.
[41] Florence Beetlestone, Op. Cit., h. 203
[42]Ibid., h. 9
[43] Rudi Hartono, Ragam
Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid, ( Jogjakarta: Diva Press, 2013) h.158-159
[44]Ibid.
[45]Ibid., h.159-160
[46] Muhammad Ali
dan Muhammad Asrori, Op. Cit., h. 53-54
[47]Ibid.
[48] Hamzah B. Uno
dan Nurdin Mohamad, Op. Cit., h. 155-156
[49] Muhammad Ali
dan Muhammad Asrori, Op. Cit.,h. 45-46
[50] Momon Sudarma,
Profesi Guru: Dipuji, Dikritisi, dan Dicaci, Op. Cit., h. 71
[51]A. Samana, Profesionalisme Keguruan,
(Yogyakarta: Kanisius, 1994) h. 21
[52]http://imanrasiman99.blogspot.com/2012/06/kreativitas-guru-dalam-pembelajaran.html, Sunday, April 16, 2017, 2:06:54 PM
[53]Yulhairi, Kreativitas
Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menggunakan Lingkungan Sekolah Sebagai Media
Pembelajaran di SMA Negeri 1 Sungai Pagar Kecamatan Kampar Kiri Hilir, Skripsi,
UIN SUSKA RIAU, 2016
[54] Bismi
Hidayati, Hubungan Kreativitas Mengajar Guru dengan Prestasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Taruna Persada Dumai, Skripsi,
UIN SUSKA RIAU, 2015
[55] Hartono, Statistik
untuk Penelitian, (Pekanbaru: Pustaka Belajar, 2010) h. 4
[56] Riduwan, Belajar
Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan Penelitian Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2009) h. 89
Tidak ada komentar:
Posting Komentar